LSI Ingatkan Golkar Elektabilitas Jokowi Terus Turun

Presiden Joko Widodo.
Sumber :
  • Agus Rahmat/VIVA.co.id

VIVA.co.id – Lingkaran Survei Indonesia mengingatkan Partai Golkar bahwa kecenderungan elektabilitas Joko Widodo tak meningkat alias mengalami penurunan. Padahal, partai berlambang pohon beringin itu sudah mantap mengusung Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang.

Kolonel Herman Bantah Paspampres Halangi Marhan Harahap Mau ke Masjid

"Elektabilitas Jokowi menurun," kata peneliti LSI Adjie Alfaraby, dalam forum Rapimnas Partai Golkar di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin 22 Mei 2017.

Selain itu, lanjut Adjie, dari sisi efek elektoral akibat pencalonan Jokowi, bukan Golkar atau partai lain yang mendapat manfaat terbesar melainkan kompetitornya yaitu PDI Perjuangan.

Respon Airlangga soal Jokowi Hingga Bahlil Mau Jadi Ketua Umum Golkar

"Survei Mei 2017, sebanyak 55 persen menyatakan bahwa PDIP adalah partai yang paling dekat dengan Jokowi. Hanya 20,5 persen yang menyatakan Golkar," ujar Adjie.

Namun, dia belum bisa membeberkan lebih lengkap soal berapa angka penurunan dari elektabilitas Jokowi itu. Menurutnya, hal itu akan disampaikan secara resmi dalam rilis hasil survei terbaru dalam waktu dekat.

Dua Menteri PKB Tak Bahas Hak Angket saat Bertemu Jokowi di Istana

"Tapi alasan yang menyebabkan adalah efek dari kekalahan Ahok. Publik menilai Jokowi terkesan membela, memback up Ahok. Meskipun bukti nyatanya tidak ada tapi kesan yang ditangkap demikian," kata Adjie.

Namun, Adjie mengakui Jokowi sejauh ini adalah salah satu tokoh populer dalam konteks Pilpres 2019. Kebijakan Golkar mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun bisa jadi mengakhiri catatan buruk Partai Beringin dalam setiap kontestasi perebutan kursi RI-1 pasca reformasi yang kalah.

Adjie lantas membeberkan, pada Pilpres 2004, Golkar mengusung Wiranto-Salahudin Wahid. Tapi hanya memperoleh 22,5 persen suara dan gagal masuk ke putaran kedua.

Sedangkan, pasangan SBY-Jusuf Kalla memperoleh 33,57 persen di putaran pertama dan 60,62 persen di putaran kedua.

Pada Pilpres 2009, Golkar mengusung pasangan Jusuf Kalla-Wiranto. Mereka hanya memperoleh 12,41 persen suara. Sedangkan pemenangnya adalah SBY-Boediono dengan 60,80 persen suara.

Sedangkan pada Pilpres 2014, Golkar mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang kemudian memperoleh 45,85 suara. Sementara kompetitor mereka, Jokowi-Jusuf Kalla keluar sebagai pemenang setelah mengumpulkan 53,15 persen suara.

Sudah Final

Dalam forum rapimnas, seorang peserta dari Papua sempat mempertanyakan keputusan Golkar mencalonkan Jokowi. Sementara, tidak sedikit pun tokoh yang mereka usung itu menyebut-nyebut nama Golkar, misalnya, mengapresiasi pencalonan tersebut.

Namun, Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham lantas tampil, maju ke depan dan memberikan jawaban. Dia menegaskan bahwa pencalonan Jokowi itu sudah final.

Dalam sebuah kesempatan wawancara, Idrus juga menepis kemungkinan Golkar berubah haluan bila ternyata elektabilitas Jokowi menurun.

"Itu kan belum, justru di situlah tanggung jawab Golkar. Bagaimana agar supaya elektabilitas dari Jokowi itu konsisten," kata Idrus.

Idrus menyampaikan Partai Golkar dari awal juga bertanggung jawab agar kepemimpinan Jokowi tahap pertama itu sukses. Bila tujuan itu tercapai maka rakyat akan pasti kembali memilih Jokowi.

"Saya kira itulah tanggung jawab kami. Dalam dunia politik, kalau ada seperti itu kami bertanggung jawab untuk membuat elektabilitas konsisten," tutur Idrus.
    

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya