Kemampuan Jokowi Rekrut Menteri Dipertanyakan

Para menteri hasil reshuffle kabinet jilid dua pada 2016 lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

VIVA.co.id – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Gerindra, Sodik Mudjahid, mempertanyakan kemampuan Presiden Joko Widodo dalam merekrut dan menempatkan para menteri di kabinet yang dipimpinnya. 

AHY jadi Menteri ATR/BPN, Mardani PKS: Welcome to The Jungle

Hal ini disampaikan Sodik menanggapi adanya isyarat Presiden Jokowi yang akan melakukan perombakan atau reshuffle kabinetnya, lantaran target yang diterapkan tidak mampu dipenuhi oleh para pembantunya, khususnya pada sektor pemerataan ekonomi.

"Jika sering reshuffle kabinet, maka yang harus dipertanyakan adalah kemampuan presidennya. Terutama dalam rekrutmen calon (menteri) hingga penempatan sesuai dengan potensinya dan dalam pemberian arahan kerjanya,” kata Sodik kepada VIVA.co.id, Selasa, 25 April 2017.

Jokowi Lantik AHY Jadi Menteri ATR/BPN di Istana, Moeldoko ke Mana Tak Nongol?

Sodik mencontohkan, kementerian yang terkena perombakan salah satunya kementerian agraria dan tata ruang. Kementerian itu pula yang menurut Sodik menjadi contoh Presiden Jokowi menilai kinerja bawahannya.

"Kita juga ambil contoh kementerian agraria yang kemarin di-reshuffle dan diganti menteri baru, tapi hari ini dikriitik lagi oleh Presiden karena kinerjanya di bawah terget,” ujar Wakil Ketua Komisi VIII tersebut.

Jokowi Lakukan Reshuffle, Ini Deretan Menteri Terbaru Kabinet Indonesia Maju

Oleh karena itu, menurut Sodik, jika pola rekrutmen, penempatan, kualitas arahan dan kepemimpinan Presiden Jokowi masih seperti sekarang ini, maka reshuffle tidak akan ada manfaatnya lagi. 

"Apalagi sisa kerja tinggal dua tahun dan satu tahun di antaranya tahun politik,” kata dia.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyinggung pergantian menteri di Kabinet Kerja bila para pembantunya itu gagal memenuhi target yang ditetapkannya. Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan dalam acara Kongres Ekonomi Umat di Hotel Sahid Jakarta, Sabtu 22 April 2017.

“Saya bekerja memang selalu memakai target. Jadi Pak Menteri pernah bertanya kepada saya, Pak targetnya terlalu besar, terlalu gede. Itu urusannya menteri. Tahu saya, target itu harus bisa diselesaikan. Kalau memang tidak selesai, pasti urusannya akan lain. Bisa diganti, ya saya blak-blakan saja, dengan menteri juga seperti itu. Bisa diganti, bisa digeser, bisa dicopot dan yang lain-lainnya,” kata Jokowi. (adi)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya