Fahri Hamzah: Tito Malu-maluin

Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah.
Sumber :

VIVA.co.id - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Fahri Hamzah menyampaikan kekecewaannya kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Menurutnya, Tito membiarkan Kepolisian mempermainkan hukum dengan mengada-adakan kasus dugaan rencana makar yang dicurigai dilakukan oleh sejumlah aktivis yang terkait aksi 'Bela Islam'.

Viral Ucapan Gus Samsudin: Konten Tukar Pasangan Itu Dakwah, Saya Senang di Penjara

Polisi melakukan penangkapan terhadap lima aktivis, termasuk Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al-Khaththath, yang merupakan koordinator 'Aksi 313', sebelum aksi digelar pada 31 Maret 2017.

Mereka diduga hendak makar. Sebelumnya, sebanyak 11 aktivis juga ditangkap atas tuduhan yang sama menjelang 'Aksi 212' pada 2 Desember 2016.

7 Pria Dieksekusi oleh Arab Saudi Gegara Tuduhan 2 Hal Mengerikan

Menurut Fahri, kasus makar yang sering disangkutpautkan dengan aspirasi utama aksi tersebut, yaitu mempersoalkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok itu adalah mengada-ada.

Ia menyayangkan, Tito membiarkan lembaga yang dipimpinnya terus menerus mengenakan tuduhan yang sama kepada para aktivis. Bahkan, menurut Fahri, bukan tak mungkin jika Tito juga mengotaki polisi supaya berbuat demikian.

Jadi Relawan Prabowo, Eks Kapolda Metro Era Presiden Gus Dur Tak Khawatir Diserang Isu Makar

"Pokoknya ini, dagelan ini. Polisi bikin rusak nama polisi, itu," kata Fahri di Universitas Negeri Jakarta, Rabu 5 April 2017.

Fahri pun mengaku kesal dengan Tito. Dia meminta mantan Kapolda Metro Jaya itu tidak terus menuduh pemimpin demonstrasi melakukan makar.

"Pak Tito, katanya sekolahnya bagus. Ya kan? Jenderal pintar, tetapi jangan begini dong. Masa polisi diseret main beginian? Malu-maluin nih, Pak Tito nih. Terus terang saja ya. Jadi, respek saya jatuh nih buat Pak Tito nih. Saya tidak menyangka, dia sejelek ini permainannya," ujarnya.

Fahri menuduh polisi seperti sedang bekerja, guna memenuhi permintaan pihak yang memiliki kepentingan. Lagi pula, ia mengatakan, jika pun para aktivis yang ditangkap memang memiliki niat mengganti pemerintahan, polisi juga tidak bisa mempermasalahkan mereka.

Alasannya, Indonesia menganut sistem demokrasi. Setiap warga negara bebas memiliki aspirasi dan mengekspresikannya, termasuk aspirasi untuk mengganti pemerintahan. Fahri berpendapat, tindakan penangkapan tidak tepat, karena tindakan yang dilakukan para aktivis sejauh ini adalah sekadar bertemu dan berdiskusi. Mereka belum melakukan tindakan nyata jika benar hendak makar.

"Jadi, dugaan saya, ini ada orang 'menghibur' Presiden dengan cara yang salah. Dan, sayangnya, Presiden terhibur dengan cara yang salah. Saya takut ini, kenapa Presiden terhibur dengan cara yang salah ini? Setop lah polisi ini. Hentikan ya. Makar-makar, begini itu ngawur, enggak masuk akal ya," ujar Fahri. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya