Pilkada DKI, Kaum Wanita Banyak Mendapat Tekanan

Ilustrasi/Penyelenggaraan pilkada serentak 2018
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id – Ketua Umum Ikatan Perempuan Cendikiawan Perempuan Indonesia, Esther RM Mandalawati melihat banyak terjadi kampanye tidak sehat yang terjadi masa kampanye di Pemilihan Kepala Daerah di DKI Jakarta.

Golkar Ngotot Ajukan Kader Internal di Pilgub Jakarta 2024

"Kami menganalisa, banyak pemaksaan yang dialami oleh kaum perempuan dalam penentuan suaranya, selama kampanye Pilkada khususnya DKI Jakarta, banyak dari mereka (perkumpulan perempuan) masuk dalam ranah politik kotor dengan di iming-imingi masalah ekonomi ataupun serang fajar," ujar Esther saat ditemui di Hotel Crown Plaza, Semanggi, Jakarta Pusat, Jumat 17 Febuari 2017.

Wanita yang juga berkiprah sebagai pengamat politik ini mengatakan, banyaknya kaum perempuan di Jakarta sebetulnya bisa menjadi potensi penyumbang suara terbanyak pada pilkada DKI Jakarta 2017.

Unggah Foto Jokowi dan Ahok, Fadli: Sejarah Simpan Misteri

"Komunitas perempuan itu kini dirusak. Komunitas perempuan ini punya kuota terbanyak, jika ia tidak menerima uang atau suap, maka pilkada akan dianggap sehat."

Menurutnya, justru saat ini suara perempuan tidak bisa diakomodir dengan baik oleh perkumpulan perempuan, karena banyak perkumpulan kaum perempuan yang telah berafiliasi kepada salah satu pasangan calon.

Buya Syafi'i soal Ganjar: Layak, kalau Tak Dipanggil Jakarta

"Kami ingin jadi pemilih murni di DKI, namun kita khawatir banyak kaum perempuan yang dirasuki dengan politik yang kotor," ujarnya wanita yang kini juga menjabat sebagai ketua PKPI DKI Jakarta.

Ia berharap, pada putaran kedua nanti, pihak Bawaslu dan KPU bisa bekerja keras mengurangi politik uang pada kampanye nanti.

"Jadi pembelajaran politik perempuan itu tidak lagi ada. Kami berharap putaran kedua pihak KPU dan Bawaslu bekerja sangat keras, karena mereka menjadi polisi di ranah pilkada ini," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya