Respon Tudingan Ahok, SBY: Saya Marah, Ya Enggaklah

Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Risky Andrianto

VIVA.co.id – Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menggelar konferensi pers menanggapi penyebutan namanya dalam sidang penistaan agama dengan terdakwa Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

M Kece Dituntut 10 Tahun Penjara

"Saya ingin menyampaikan semua itu secara gamblang," kata SBY di Kantor DPP Partai Demokrat, Wisma Proklamasi, Jakarta, Rabu 1 Februari 2017.

SBY mengungkapkan, sejumlah orang menganjurkannya agar diam saja tak perlu menanggapi. Namun, SBY merasa perlu menanggapi karena meskipun diam saja berbagai tuduhan membanjirinya.

Marak Kasus Penistaan Agama di Pakistan, Perempuan Muda Divonis Mati

"Lah saya diam saja juga digempur. Lebih bagus rakyat mendengar langsung karena nama saya dikait-kaitkan," kata SBY.

SBY mengaku mendengar ada wartawan yang menyebutnya marah karena namanya dikait-kaitkan itu. Dia menepis anggapan itu.

Ferdinand Hutahaean Tulis Surat Permohonan Maaf dari Penjara

"Wartawan bilang pasti SBY marah, ya enggaklah. Dulu November saya marah karena tidak ada angin tidak ada hujan, Partai Demokrat dituduh menggerakkan aksi damai 411, dan saya dituduh mendanai bahkan menunggangi," katanya.

Bahkan, kata SBY, ada tudingan dia menyuruh meledakkan Istana Merdeka. SBY membantah tegas. Tudingan itu tak masuk akal, karena SBY pernah tinggal di dalamnya selama 10 tahun selama menjabat Presiden.

"Katanya juga SBY dalang dari rencana makar yang kemarin akan dilaksanakan. Kalau dituduh difitnah seperti itu saya harus menyampaikan itu semua tidak benar,” kata dia.

Nama SBY terseret dalam sidang kasus penistaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama pada Selasa, 31 Januari 2017, kemarin. Ahok menuduh Ketua Majelis Ulama Indonesia yang juga Rois Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Ma'ruf Amin, yang menjadi saksi ahli dalam sidang itu telah berbincang dengan SBY lewat telepon.

Menurut Ahok, perbincangan itu terjadi sebelum Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni menemuinya di kantor Nahdlatul Ulama (NU) pada 7 Oktober 2016. Bahkan, dia dan tim penasihat hukumnya memiliki bukti tentang percakapan itu.

Namun Ma'ruf membantahnya. Hal itulah yang membuat Ahok geram dan menuding Ma'ruf memberikan keterangan palsu dan tidak pantas menjadi saksi.

Tak berhenti di sana, Ahok juga menuding Ma'ruf, yang pernah menjabat Dewan Pertimbangan Presiden, telah berbohong karena sengaja menutupi diri pernah menjabat posisi itu pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ma'ruf, kata dia, tidak mencantumkan jabatan itu dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di kepolisian. Padahal, semua jabatannya selama ini ditulis kecuali hal itu.

"Kami akan polisikan saudara saksi. Saya akan buktikan, satu per satu dipermalukan nanti," ujar Ahok.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya