PDIP: Tak Sulit Lacak Penyebar Spanduk Anti Wayang

Spanduk larangan pagelaran wayang kulit yang beredar di media sosial, Minggu (22/1/2017)
Sumber :
  • VIVA.co.id/istimewa/Nur Faishal

VIVA.co.id - Foto spanduk berisi larangan pagelaran wayang kulit, karena tidak sesuai syariat Islam di Jakarta Pusat, menjadi viral dan memantik respons. Menanggapi hal itu, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Andreas Hugo Pareira menilai, spanduk itu tidak sejalan dengan realita budaya yang ada di Indonesia.

Wayang Potehi: A Hybrid Symbol of Indonesian Diversity

"Yang pasti, bertentangan dengan kultur dan realita budaya dan realita sosial di Indonesia," kata Andreas di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin 23 Januari 2017.

Andreas juga menilai, spanduk itu adalah bentuk provokasi kepada masyarakat. Menurut dia, spanduk itu juga adalah upaya adu domba antara kalangan tertentu di masyarakat.

Pemeran Wayang Orang Tokoh Semar Meninggal usai Menyambut Ganjar-Mahfud

"Ini lebih kepada upaya menciptakan konflik di masyarakat kita. Sehingga, apa yang mesti kita lakukan adalah mengantisipasi, tidak terlalu banyak kita meributkan hal ini," ujar Andreas.

Menurut Andreas, upaya seperti ini tidak sulit untuk ditelusuri siapa pelakunya. Apalagi, lalu lintas komunikasi di dunia maya juga menurutnya bisa diawasi oleh aparat terkait.

Jasad Pria di Gorong-Gorong Gambir Ditemukan Tanpa Busana, Ada Tato Wayang di Tangan

"Karena, Presiden sudah mengingatkan, aparat keamanan harus mencari tahu, siapa yang menciptakan hoax-hoax ini. Sebenarnya, tidak sulit kalau kita mau menelusuri lebih jauh," kata dia.

Sebelumnya, netizen dihebohkan foto spanduk berisi larangan pagelaran wayang kulit, karena tidak sesuai syariat Islam di Jakarta Pusat. Berdasarkan foto yang beredar di media sosial, spanduk tersebut berbunyi: Pemutaran Wayang Kulit Bukan Syariat Islam. Bagian bawah spanduk tertulis Aliansi Masyarakat Muslim se-Jakarta Pusat. (asp)

Desa Kartun Sidareja, Purbalingga, Jawa Tengah.

Mau Rasakan Hidup di Desa Menggembala Kambing Hingga Ambil Air Nira? Di Sini Tempatnya

Pada siang hari pengunjung desa akan mengikuti kegiatan keseharian warga seperti membuat gula jawa dan makanan tradisional, menggembala kambing, hingga mengambil air nira

img_title
VIVA.co.id
25 Maret 2024