Provokasi Media Sosial Tampil dengan Narasi Rasa Dizalimi

Salah satu pesan persuasif kepolisian di media sosial untuk mencegah terjadinya tindakan anarki saat unjuk rasa pada Jumat, 4 November 2016
Sumber :
  • VIVA.co.id/twitter

VIVA.co.id – Alissa Wahid yang merupakan putri dari Presiden ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, mengatakan bahwa pada saat ini semakin banyak provokasi yang tersebar di media sosial. Provokasi itu rata-rata terkait radikalisme agama serta ancaman terhadap demokrasi.

Menkominfo: Hampir 92% Kebisingan Ruang Digital Isinya Buzzer

"Intinya gagasannya tahu narasinya yang hampir sama, bahwa kelompoknya ditindas, dizalimi karena itu harus dilakukan perlawanan," kata Alissa di Surabaya, Jawa Timur, Senin malam, 16 Januari 2017.

Alissa khawatir, apabila gagasan seperti itu menguat, maka konflik-konflik di ruang sosial akan bisa lebih besar. Hal-hal seperti ini akan mengancam kehidupan berdemokrasi di Indonesia.

Menkominfo Sebut Situasi usai Pemilu 2024 Sangat Lebih Baik dibanding 2019

Dia mengingatkan, Indonesia dibangun sebagai sebuah negara demokrasi. Oleh karena itu apabila terdapat ancaman terhadap nilai-nilai demokrasi maka hal itu tentunya tidak tepat.

"Ini sudah tidak tepat karena negara kita memang dibangun sebagai sebuah negara yang demokratis," ujar Alissa lagi.

Polisi Ungkap Penyebab Jalan Alternatif Cibubur Macet Parah Sore Hari Ini

Dia melanjutkan, harus ada sebuah strategi khusus untuk mengatasi hal-hal seperti ini, tepatnya dengan menemukan titik tengah antarumat beragama.

"Karena biasanya yang menjadi bahan bakar kelompok semacam itu adalah mayoritarianisme dan populisme," kata perempuan yang menjadi Seknas Jaringan Gusdurian tersebut.

Lafadz Allah pada kaos kaki

Beredar Kaos Kaki dengan Lafaz Allah, Polisi Malaysia Lakukan Penyelidikan

Warga muslim di media sosial, tepatnya di Malaysia, meluapkan kemarahannya setelah sebuah toko serba ada lokal menjual kaos kaki yang bertuliskan lafadz "Allah".

img_title
VIVA.co.id
19 Maret 2024