Siapa Penganut Ideologi Tertutup yang Dimaksud Mega?

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

VIVA.co.id - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politik dalam acara ulang tahun partainya di Jakarta Convention Center, Selasa, 10 Januari 2017. Saat itu, Mega menyinggung soal pihak-pihak tertentu yang memiliki ideologi tertutup.

Hasto PDIP Klaim Angket Belum Bergulir Bukan Tunggu Intruksi Megawati tapi Banyak Tekanan

"Apa yang terjadi di pengujung tahun 2015, harus dimaknai sebagai cambuk yang mengingatkan kita terhadap pentingnya Pancasila sebagai pendeteksi sekaligus tameng proteksi terhadap tendensi hidupnya ideologi tertutup, yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa," kata Mega.

Mega mengatakan bahwa ideologi tertutup tersebut bersifat dogmatis. Menurutnya, ia tidak berasal dari cita-cita yang sudah hidup dari masyarakat.

Anies Baswedan Sebut Tinggal Tunggu Waktu Jusuf Kalla dan Megawati Ketemu

"Ideologi tertutup tersebut hanya muncul dari suatu kelompok tertentu yang dipaksakan diterima oleh seluruh masyarakat. Mereka memaksakan kehendaknya sendiri; tidak ada dialog, apalagi demokrasi. Apa yang mereka lakukan, hanyalah kepatuhan yang lahir dari watak kekuasaan totaliter, dan dijalankan dengan cara-cara totaliter pula," kecam Mega lagi.

Mega bahkan menilai bagi mereka, penganut ideologi tertutup tersebut, teror dan propaganda adalah jalan kunci tercapainya kekuasaan.

Suara Ganjar-Mahfud Terpuruk, Viral Lagi Ucapan Megawati: Jokowi Kasihan Deh

"Syarat mutlak hidupnya ideologi tertutup adalah lahirnya aturan-aturan hingga dilarangnya pemikiran kritis. Mereka menghendaki keseragaman dalam berpikir dan bertindak, dengan memaksakan kehendaknya," ujarnya.

Oleh karenanya, lanjut putri Proklamator Soekarno itu, mereka menghancurkan bahkan memusnahkan pemahaman terhadap agama dan keyakinan sebagai bentuk kesosialan. Selain itu, mereka tidak mentolelir demokrasi dan keberagaman karena kepatuhan total masyarakat menjadi tujuan. "Tidak hanya itu, mereka benar-benar anti kebhinekaaan," tegas Mega.

Mega melihat fenomena itu muncul dengan berbagai persoalan SARA akhir-akhir ini. Di sisi lain, para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun memosisikan dirinya sebagai pembawa "self fulfilling prophecy", para peramal masa depan.

"Mereka dengan fasih meramalkan yang akan pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana, yang notabene mereka sendiri belum pernah melihatnya," kata Mega.


Sebelum mengecam penganut ideologi yang dia sebut tertutup itu, Mega menyampaikan sebuah pengantar. Dia mengaku keyakinan filosofisnya tergugah atas peristiwa yang terjadi di pengujung tahun 2015.

"Cukupkah bagi bangsa ini sekadar memperingati 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila? Dari kacamata saya, pengakuan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila, memuat suatu konsekuensi ideologis yang harus dipikul oleh kita semua. Dengan pengakuan tersebut, maka  segala keputusan dan kebijakan politik yang kita produksi pun, sudah seharusnya bersumber pada jiwa dan semangat nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945," tutur dia.

Berdasarkan catatan VIVA.co.id, pada pengujung tahun 2015, tidak ada peristiwa sosial atau politik yang cukup besar terjadi di Indonesia. Peristiwa besar justru terjadi pada pengujung tahun 2016 yaitu ketika jutaan umat Islam bergerak ke Jakarta untuk menggelar aksi damai pada 4 November 2016 dan 2 Desember 2016.

Jutaan massa itu menuntut agar Basuki Tjahaja Purnama yang kemudian menjadi tersangka dan kini terdakwa agar diproses hukum akibat dugaan penistaan terhadap Alquran. Setelah aksi tersebut, lalu muncul aksi-aksi lainnya yang menyuarakan kebhinekaan, NKRI, dan Pancasila.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya