Survei SMRC soal Aksi 411 Dinilai Tendensius

Aksi unjuk rasa di sekitar Bundaran Bank Indonesia, Jakarta, Jumat, 4 November 2016.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

VIVA.co.id - Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) baru-baru ini menyatakan pemilih Prabowo Subianto-Hatta Rajasa saat Pemilihan Presiden 2014 adalah yang paling banyak mendukung Aksi Bela Islam pada 4 November 2016 lalu. Menanggapi hal ini, Partai Gerindra mempertanyakan maksud survei tersebut.

Diego Maradona Pendukung Prabowo di Pilpres 2014

"Seakan-akan romantisme Pemilihan Presiden berulang kembali," kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono kepada VIVA.co.id, Jumat, 9 Desember 2016.

Arief heran dengan survei yang mengaitkan Aksi Bela Islam dengan Pemilihan Presiden yang sudah lalu. Dia mengingatkan hubungan Prabowo dengan Jokowi yang sudah terjalin dengan baik.

Mahfud MD Bilang Pemerintah Tak Bisa Dikte KPU seperti Zaman Orba

"Jadi tujuan surveinya sudah enggak jelas. Apalagi segala pakai isu-isu Prabowo-Hatta yang sudah selesai. Yang ada saat ini hubungan Prabowo-Jokowi mulai Pilpres hingga saat ini baik dan tidak ada masalah, malah makin dekat," ujar dia.

Karena itu, Arief meminta survei tidak lagi tendesius. Dia mengatakan tindakan survei juga bisa dilaporkan kepada pihak yang berwajib, jika tujuannya untuk memecah belah bangsa.

Pola Kerja Hacker di Pilpres 2014 dan 2019 Sama, Targetnya Curi Data

"Karena itu kami Gerindra lagi pelajari hasil survei ini," kata Arief.

Sebelumnya, dari hasil survei SMRC diketahui sebanyak 90 persen responden pemilih Prabowo-Hatta mengetahui adanya aksi demo itu. Dari situ, sebanyak 54 persen responden mendukung aksi, 11 persen menentang, 32 persen netral, dan empat persen tidak menjawab.

"Pemilu 2014 masih membuat masyarakat terbelah," kata Direktur SMRC Saiful Mudjani di Jakarta Pusat, Kamis, 8 Desember 2016.

Kemudian dari para pemilih Jokowi-Jusuf Kalla, sebanyak 74 persen tahu adanya aksi demo itu. Dari situ sebanyak 35 persen responden mendukung aksi demo, 20 persen menentang, 43 persen netral, dan 2 persen tidak menjawab.

"Karena basis massa untuk demo itu cukup berhimpitan dengan sisa persaingan 2014, maka demo tersebut merupakan mobilisasi pihak-pihak yang kecewa dari hasil persaingan 2014 itu," ujar Saiful. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya