Aung San Suu Kyi Seharusnya Ciptakan Situasi Demokratis

Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi.
Sumber :
  • REUTERS/Soe Zeya Tun

VIVA.co.id - Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera mendesak Aung San Suu Kyi lebih berperan aktif untuk menghentikan tindakan kekerasan atas etnis Rohingya di Myanmar. Apalagi PKS melihat Suu Kyi sebagai penasihat negara dan seorang tokoh penerima hadiah nobel perdamaian.

Kekejaman Junta Militer Myanmar, Aung San Suu Kyi Tak Dikasih Makan dan Ditelantarkan Saat Sakit

"Sosok Aung San Suu Kyi yang dikenal oleh dunia internasional sebagai pejuang demokrasi seharusnya mampu mendorong terciptanya situasi yang lebih demokratis, dan menghormati hak-hak etnis Rohingya untuk hidup sebagai bagian dari warga negara Myanmar," kata Presiden PKS Sohibul Iman dalam keterangan tertulis, Kamis, 24 November 2016.

Sohibul juga mendesak Pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan langkah-langkah pembelaan. Indonesia dan negara ASEAN lain diminta menyediakan sejumlah fasilitas.

Aung San Suu Kyi Sakit, Junta Myanmar Tolak Permintaan Dokter dari Luar

"Mendorong negara-negara anggota ASEAN lainnya untuk berpartisipasi dalam memberikan fasilitas penampungan sementara, bagi para pengungsi Rohingya yang terusir dari negerinya," ujar Sohibul.

Selain itu, dia juga meminta masyarakat Indonesia agar tidak terprovokasi atas keadaan di Rohingya, dan lebih mendoakan agar keadaan di sana jadi lebih baik.

Aung San Suu Kyi Dapat Grasi dari Junta Myanmar

"Dan memberikan bantuan kepada etnis Rohingya agar diberikan keselamatan dan kedamaian, serta tidak terprovokasi oleh hal-hal yang menimbulkan dampak keamanan dan ketertiban di Indonesia," kata Sohibul.

Militer Myanmar dilaporkan telah menghancurkan rumah-rumah warga Rohingya di negara bagian Rakhine. Namun, mereka membantahnya. Meskipun bantahan itu tidak bisa diverifikasi karena wartawan tidak diizinkan meliput dan masuk ke negara bagian itu.

Operasi militer besar-besaran itu dilancarkan bulan lalu setelah sembilan aparat polisi tewas dalam serangan-serangan yang terjadi di pos-pos perbatasan di Maungdaw. Beberapa pejabat pemerintah justru berpendapat bahwa kelompok militan Rohingyalah yang melakukan serangan tersebut.

Human Rights Watch (HRW) melaporkan, selama enam pekan terakhir, lebih dari 1.200 rumah diratakan dengan tanah di beberapa kampung yang menjadi tempat tinggal etnis Rohingya di Myanmar. Dalam wawancara dengan BBC, beberapa pengungsi yang kini berada di Bangladesh mengatakan bahwa rumah dan masjid mereka dibakar dan juga para tentara membunuh sebagian dari mereka. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya