PPP Tak Dukung Ahok, Jokowi Klaim Tak Mau Ikut-ikut

Presiden Jokowi menerima Ketua Umum PPP, M. Romahurmuziy.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Moh. Nadlir.

VIVA.co.id - Presiden Jokowi mengundang Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan M Romahurmuziy ke Istana Merdeka, Selasa, 22 November 2016, untuk makan siang. Setelah itu, keduanya menggelar konferensi pers.

Isu Kaesang Maju Pilgub DKI, Demokrat Masih Lihat-lihat

Dalam kesempatan itu, Jokowi dan Romi, sapaan akrab Romahurmuziy, juga menjelaskan soal pilihan PPP yang tidak mendukung Basuki Tjahaja Purnama dalam Pilkada DKI Jakarta.

Padahal, partai-partai pendukung pemerintah yang lain seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Golkar, Nasdem, dan Hanura mendukung Ahok. PPP justru tercatat menjadi salah satu pengusung Agus Yudhoyono.

Gerindra Tak Ngotot Usung Kader Sendiri di Pilgub Jakarta

"Itu haknya partai, hak setiap partai, haknya dari PPP. Saya gak mau ikut-ikut di situ," kata Jokowi.

Setelah itu, Romi pun memberikan tanggapan. Dia menuturkan, setiap partai politik memiliki mekanismenya masing-masing.

Pilih Anies atau Sahroni di Pilgub DKI 2024, Begini Jawaban Tak Terduga Surya Paloh

Pada kontestasi politik di tingkat lokal seperti Pilkada, lanjut Romi, partai-partai koalisi pemerintah bisa bersama-sama dan juga bisa berbeda. Misalnya di Banten, PPP mendukung calon yang juga didukung oleh PDIP, dan Nasdem. Sedangkan Golkar berbeda pilihan.

Kemudian di Gorontalo, PPP dengan PDIP. Dan di bangka, Golkar, PPP, Nasdem, mengusung calon masing-masing. "Ini dimanika politik lokal yang tidak terhindarkan," kata Romi.

Romi mengemukakan bahwa sejak Mukmatar Surabaya, lalu Pondok Gede, PPP berkomitmen mendukung pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Dia mengklaim koalisi yang merek bangun tetap solid, tidak ada perubahan apapun.

"Agenda ekonomi kita jauh lebih besar, daripada menghabiskan energi untuk terus mengangkat satu isu saja. Ada banyak persoalan yang kita hadapi, seperti terpilihnya Presiden Trump," kata dia.

Romi menambahkan kondisi ekonomi Indonesia sempat membaik seiring dengan keberhasilan kebijakan Tax Amnesty. Dia mencatat bahwa program itu paling berhasil di dunia setelah India.

Tak heran jika indikasi makro membaik. Oleh karena itu, dia meminta masyarakat tidak larut dalam perbedaan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya