Bom Samarinda

Politisi PKS Berharap BIN Tak Kecolongan Lagi

Tim Gegana Polda Kalimantan Timur melakukan pemeriksaan di Gereja Oikumene Samarinda usai terjadinya ledakan bom yang menewaskan seorang bocah berusia 3,5 tahun, MInggu (13/11/2016). Foto: ANTARA FOTO/Amirulloh
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Amirulloh

VIVA.co.id – Ketua Komisi I DPR Fraksi PKS, Abdul Kharis Almasyhari menilai, kalau intelijen bekerja secara maksimal maka kejadian terorisme tak akan terjadi. Ia menyampaikan hal ini menanggapi aksi teroris di Samarinda.

Hakim India Hukum Mati 38 Terdakwa Ledakan Bom 2008

"Harapannya Badan Intelijen Negara (BIN) tidak kecolongan lagi. Kalau saya melihat, peralatannya masih relatif kurang canggih," katanya saat dihubungi, Selasa 15 November 2016.

Ia menjelaskan, teroris yang bergerak sendirian seperti yang terjadi di Samarinda bisa jadi melakukannya sendirian untuk memutus mata rantai kelompoknya agar tak terdeteksi.

2 Tersangka Ledakan di Sibolga Ternyata Simpan 60 Botol Bom Ikan

"Tapi saya kira itu hal mudah bagi intelijen untuk membuka. Dengan teknologi yang sudah canggih sekarang, jaringan teroris harusnya sangat mudah dicari. Kita dukung dengan peralatan yang canggih," kata Abdul.

Ia menambahkan, persoalannya ada pada wilayah Indonesia yang sangat luas. Tapi komisinya telah mendukung BIN dengan anggaran yang cukup besar. Sehingga BIN bisa meningkatkan kualitas peralatannya agar lebih canggih.

Polri Ungkap Kronologi Ledakan Tangkahan Ikan di Sibolga

"Harus ada perubahan generasi alat, teknologi kan setiap tahun berkembang jadi alat harus berganti. Alat-alat kita sepertinya sudah cukup usang.”

Ia menjelaskan, kenaikan anggaran untuk BIN memang baru disepakati. Sehingga ia mengharapkan Februari atau Maret 2017 anggaran baru baru bisa dilaksanakan.

Sebelumnya, terjadi pelemparan bom molotov di Gereja Oikumene di Kelurahan Sengkotek Samarinda Kalimantan Timur, Minggu, 13 November 2016.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya