DPR Kritik Program Deradikalisasi

Tim Gegana Polda Kalimantan Timur melakukan pemeriksaan di Gereja Oikumene Samarinda usai terjadinya ledakan bom yang menewaskan seorang bocah berusia 3,5 tahun, MInggu (13/11/2016). Foto: ANTARA FOTO/Amirulloh
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Amirulloh

VIVA.co.id – Anggota Komisi III DPR Adies Kadir mengatakan, ada kekurangan dalam mengantisipasi aksi pelemparan bom molotov di Samarinda, Kalimantan Timur. Padahal menurutnya, pendeteksian menjadi penting untuk mencegah target diserang aksi terorisme.

2 Tersangka Ledakan di Sibolga Ternyata Simpan 60 Botol Bom Ikan

"Munculnya hal-hal begini kan kita pertanyakan. Mulai dari deteksi dini, pembinaan, kenapa bisa terjadi? Biasanya sudah bisa mendeteksi lebih awal," kata Adies lewat sambungan telepon, Selasa, 15 November 2016.

Politikus Partai Golkar ini berharap agar kejadian di Samarinda bisa menjadi contoh, agar tak terulang kembali di tempat lain.

Polri Ungkap Kronologi Ledakan Tangkahan Ikan di Sibolga

"Ini kan Samarinda nanti bisa meletup di mana-mana karena dianggap ketidakawasan aparat. BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) sebagai badan yang ditugasi oleh pemerintah untuk menanggulangi terorisme ini harus betul-betul bisa bekerja maksimal," ujar dia.

Adies menegaskan, pembinaan terhadap narapidana kasus terorisme seharusnya sudah dilakukan BNPT dalam program deradikalisasi. Untuk itu, pihaknya berencana menanyakan langsung ke BNPT.

Ledakan di Rumah Ortu Veronica Koman, Polisi: Bukan Bom, Hanya Mercon

"Jadi kita ingin nanti menanyakan kepada BNPT, program-program deradikalisasi yang disampaikan kenapa kok masih ada yang melakukan itu kembali," ujar dia.

Ilustrasi hukuman mati

Hakim India Hukum Mati 38 Terdakwa Ledakan Bom 2008

38 orang terdakwa tersebut terbukti melakukan serangkaian ledakan di kota Ahmedabad India yang menewaskan 50 orang dan melukai 200 orang lainnya.

img_title
VIVA.co.id
19 Februari 2022