Residivis Terorisme Kembali Berulah, DPR Pertanyakan BNPT

Kondisi Gereja Oikumene Samarinda usai terkena lemparan bom jenis Molotov, Minggu (13/11/2016). Empat orang anak-anak menjadi korban kejadian ini.
Sumber :
  • VIVA.co.id/twitter

VIVA.co.id – Wakil Ketua Komisi III DPR, Desmond Junaidi Mahesa mempertanyakan pengawasan terhadap mantan pelaku kejahatan terorisme. Pasalnya, kemarin terjadi pelemparan bom molotov ke Gereja Oikumene di Samarinda, Kalimantan Timur yang diketahui dilakukan oleh mantan narapidana tindak pidana terorisme.

Dibangunkan Ledakan, Warga Kiev Sempat Merasa Telat Selamatkan Diri

"Itu kan dalam pengawasan BNPT. Kalau ada yang melakukan bom lagi, berarti kan pengawasan itu gagal," kata Desmond lewat sambungan telepon, Senin 14 November 2016.

Politikus Partai Gerindra ini juga mempertanyakan pembinaan di dalam lapas selama ini yang dipromosikan melalui program deradikalisasi bagi para teroris. Desmond mempertanyakan hasil dari program deradikalisasi tersebut. 

Tambang Emas di Burkina Faso Meledak, Tewaskan 60 Orang

"Dasarnya sederhana, sebelum ada BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), teroris enggak sedahsyat sekarang. Setelah ada lembaga ini kok semakin parah," ujarnya menambahkan.

Dia meminta agar masyarakat juga mewaspadai para pelaku teror dengan makin waspada di daerah masing-masing dan melaporkan hal mencurigakan yang didapati di lingkungannya.

9 Negara di Dunia yang Paling Ditakuti karena Punya Bom Nuklir

"Hal-hal seperti ini yang mesti kita waspadai. Jangan sampai kepentingan-kepentingan yang enggak jelas, politik kekuasaan nakut-nakuti proses politik kita ini.”

Ledakan di Gereja Oikumene terjadi di Samarinda pada Minggu pagi, 13 November 2016 pada saat jemaat mengadakan kebaktian dan gereja tersebut sedang bergilir dipakai oleh jemaat Gereja HKBP setempat. Lemparan bom molotov melukai sejumlah jemaat termasuk empat orang anak. Satu anak bernama Intan Olivia Marbun pada hari ini akhirnya meninggal dunia.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya