Pengamat: Wajar Jika Jokowi Tidak Mau Menemui Pendemo

Susilo Bambang Yudhoyono saat menggelar konferensi pers di Cikeas, pada Rabu, 2 November 2016.
Sumber :
  • ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya

VIVA.co.id - Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit menduga, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah  termasuk salah satu aktor politik di balik aksi demonstrasi Ormas Islam yang digelar Jumat, 4 November kemarin di depan Istana Merdeka.

Jokowi Sempat Malu karena Indonesia Belum Jadi Anggota Penuh FATF

Menurutnya, Fahri diduga menjadi biang keladi atas aksi yang berakhir bentrok tersebut. Alasannya, dalam orasinya, Fahri menyinggung soal cara untuk menjatuhkan Presiden. Pertama lewat parlemen ruangan dan kedua lewat parlemen jalanan.

"Aktor politiknya sudah jelas, misalnya yang pidato si Fahri Hamzah, yang menyebut ada dua cara untuk menjatuhkan Presiden. Itu kan aktor juga. Jadi itu hanya salah satu saja," ujar Arbi kepada VIVA.co.id, Senin, 7 November 2016.

Pengamat Ungkap Ganjalan Utama Megawati Gabung dalam Koalisi Prabowo-Gibran

Tak hanya Fahri, menurut Arbi ada aktor politik lainnya. Hanya saja belum terungkap dan terbukti.

"Masih banyak lagi di luar itu aktor lain, cuma belum terbukti. Kalau si Fahri kan sudah terbukti, teriak-teriak di sana," ujar dia.

Juru Bicara Ungkap Keinginan Prabowo Duduk Bareng Megawati, SBY dan Jokowi

Karena itu, Arbi pun juga turut menduga bahwa pernyataan Presiden Joko Widodo itu juga diarahkan ke mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Alasannya, tercermin dari sikap SBY yang bersafari menyambangi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto dan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelum aksi demonstrasi.

"Saya kira, itu juga untuk SBY, arahnya ke sana. Dia (SBY) kan turut memanaskan. Itu menunjukkan bahwa dia setuju dengan gerakan itu. Orang-orang itu buat gerakan untuk mendukung MUI, tapi yang membela itu diperalat oleh aktor-aktor politik," ujar Arbi.

Untuk itu, Arbi menilai, wajar saja jika Presiden Jokowi bereaksi, dengan tidak mau menemui para pendemo, sampai mengeluarkan pernyataan ada aktor politik di belakang aksi demo 4 November.

"Presiden wajar bereaksi atas serangan terhadap dirinya. Kekuasaan presiden dipertanyakan, digugat, dipermalukan, tidak ada perhormatan kepada presiden. Tidak berlebihan makanya reaksi presiden.”

Sebelumnya, Jokowi menyayangkan terjadinya kericuhan usai unjuk rasa, Jumat 4 November 2016. Bahkan, Jokowi menuding, ada di balik terjadinya kericuhan itu.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya