- VIVA.co.id/Anwar Sadat
VIVA.co.id – Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono mengadakan konferensi pers di kediamannya di Puri Cikeas Bogor Jawa Barat, Rabu 2 November 2016. Dalam konferensi pers tersebut SBY membahas isu politik yang saat ini sedang hangat.
SBY mengatakan, saat ini suasana politik sedang menghangat terlihat dari beberapa tokoh politik yang saling bertemu, seperti Presiden Jokowi yang bertemu dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, dan juga pertemuan dirinya dengan Wapres JK dan Menkopolhukam Wiranto. SBY juga mengatakan hangatnya situasi politik di Indonesia juga ditandai dengan banyaknya tokoh politik yang mengeluarkan statemen politik
"Akhir-akhir ini politik di negeri kita menghangat bukan hanya di Jakarta, tapi juga di seluruh Tanah Air. Hari-hari ini banyak pertemuan politik, misal Presiden Jokowi bertemu dengan Pak Prabowo, Kemarin saya bertemu dengan Pak Jusuf Kalla dan Pak Wiranto dan banyak lagi saya pantau pertemuan-pertemuan politik, banyak juga tokoh politik yang mengeluarkan statement, termasuk statement yang dikatakan tokoh-tokoh politik, saya memandang itu baik," kata SBY.
Ketua Umum Partai Demokrat ini meminta, jika ada pertemuan-pertemuan tokoh politik yang tidak masuk koalisi pemerintahan saat ini, jangan dicurigai. "Intelijen harus akurat, jangan berkembang menjadi intelijen yang ngawur dan asal tuduh. Saya kira bukan intelijen seperti itu yang harus hadir di NKRI,” kata SBY
Ayah dari calon gunernur DKI Agus Harimurti Yudhoyono ini juga juga mengatakan, Indonesia era sekarang sudah era bebas menyatakan pendapat. Ia pun mengingatkan, kebebasan berpendapat di Indonesia dan rezim otoriter sudah hilang dengan adanya tragedi reformasi 1998.
"Ingat, Indonesia era sekarang era demokrasi bukan era otoratian.Ingat sejarah 1998 yang menjadi tonggak reformasi, harus diingat sejarah bangsa kita, jangan hanya tahu sejarah bangsa lain. Tapi harus tahu sejarah bangsa kita," kata SBY.
Dalam konferensi pers ini, SBY didampingi sang istri, Ani Yudhoyono, anak bungsunya, Edhie Baskoro Yudhoyono, Roy Suryo, Syarif Hasan, dan beberapa petinggi partai demokrat lainnya.