- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id – Masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) akan segera memasuki usia dua tahun pada 20 Oktober 2016. Hubungan antara Jokowi-JK selama ini dinilai saling melengkapi karena dianggap mumpuni dan masing-masing punya pengalaman politik.
"Masing-masing kan politisi senior. Pak JK kan politisi senior yang bukan baru. Kalau chemistry ya cocok lah, kalau tidak bagaimana dahulu diajak sebagai wakil," kata Anggota DPR dan Wakil Ketua Fraksi Partai Nasdem Johnny G. Plate ketika ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu 19 Oktober 2016.
Johnny Plate juga menilai tidak benar jika ada anggapan bahwa relasi keduanya mulai merenggang karena JK diketahui beberapa kali dalam waktu terakhir bahkan tidak menghadiri pelantikan pejabat negara di Istana Negara. Pula JK disebut tidak diikutsertakan membahas perihal calon Menteri ESDM dan Wakil Menteri ESDM.
Plate mengakui gaya kepemimpinan dan manajemen keduanya berbeda. Namun hal itu katanya didasarkan pada kewenangan keduanya yang memang berbeda.
"Menurut Konstitusi ini kan tugas Wapres (Wakil Presiden) kan tidak ada kecuali mengganti Presiden. Tapi dalam tugas hariannya, pembagian kewenangannya ada," ujar Plate dari partai pendukung pemerintah itu.
Politikus itu melanjutkan, dia menganggap ketidakhadiran JK dalam berbagai acara penting kenegaraan seperti pelantikan menteri adalah masalah atau indikasi kerenggangan hubungan RI 1 dan RI 2.
Hingga saat ini JK kata dia masih berada pada posisi dan tugas Wapres yang seharusnya.
"Dalam penugasan tertentu, misal Presiden tidak bisa ke suatu tempat (ya JK). Itu semua, relasi Presiden dan Wakil Presiden ini masih baik," katanya.
