DPR & Duta Besar Brazil Bicara Peningkatan Hubungan Parlemen

Wakil Ketua DPR, Fadli Zon (kanan).
Sumber :

VIVA.co.id – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Fadli Zon menerima kunjungan kedutaan besar Brazil, Antonio Correa Barbosa di ruang kerjanya, kemarin Kamis 13 Oktober 2016.

Jokowi Marah hingga Ancaman Reshuffle, Salah Siapa?

Pertemuan ini membahas soal peningkatan hubungan antara parlemen Indonesia dengan parlemen Brazil. Diantaranya soal krisis yang pernah dialami oleh negara dari Amerika Latin tersebut.

“Kami bermaksud untuk melakukan suatu hubungan yang lebih meningkat antara Indonesia dengan Brazil, antara parlemen dengan parlemen,” kata Fadli Zon, di Gedung DPR, Senayan.

Jokowi Marah, Fadli Tanya yang Salah Menteri atau Presiden?

Menurut Politisi Gerindra ini, Brazil merupakan salah satu negara terbesar di Amerika Latin yang sedang dalam proses transisi demokrasi.

"Di Brazil juga baru saja ada impeachment kepada Presiden Dilma Rousseff. Proses demokrasi di Brazil cukup dinamis," katanya.

Jokowi Marah ke Menterinya, Fadli Zon: Bohongan Apa Serius?

Ia menambahkan Brazil adalah negara yang cukup berhasil dalam bidang bioenergi seperti, bioethanol dan biodiesel. Selain itu juga di sisi komparasi dalam persoalan demokrasi dan olahraga.

"Bahkan, Brazil adalah master dalam sepak bola dan baru saja berhasil menyelenggarakan Olimpiade," kata Fadli Zon.

Fadli juga menuturkan bahwa Antonio Correa Barbosa menceritakan soal krisis yang pernah menimpa Brazil. Diceritakannya, bahwa memang adanya penggunaan anggaran di luar kewenangan. Sehingga hal itu mengakibatkan ekonomi Brazil menjadi cukup terpuruk.

"Kata Antonio Correa Barbosa, itu terjadi karena Presiden mereka, Dilma Rousseff, yang menggunakan anggaran di luar persetujuan dari parlemennya. Tapi sekarang ekonomi Brasil semakin membaik tentu dengan pertumbuhan yang lambat nyata di sekitar dua persen saja,” ujarnya.

Seperti diketahui, hubungan antara Indonesia dengan Brazil sebelumnya kurang harmonis. Bahkan Dubes Indonesia untuk Brazil sempat tidak diterima oleh pihak istana Brazil.

Hal itu terjadi usai warganya, Marco Archer Cardoso Moreira dieksekusi mati pada 18 Januari 2015 lalu. Marco menjadi terpidana mati setelah dihukum bersalah melakukan perdagangan narkoba.  (webtorial)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya