Survei Gerindra: Elektabilitas Anies-Sandi Terus Naik

Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Sumber :
  • ANTARA / Yudhi Mahatma

VIVA.co.id - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Andre Rosiade, meyakini pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Anies Baswedan-Sandiaga Uno akan memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2017. Berdasarkan survei internal terakhir, ia mengklaim elektabilitas Anies-Sandi terus mengalami kenaikan signifikan.

Sandiaga ke Pendamping Baru Anies: Jangan Baper

"Insya Allah minggu depan mulai unggul melewati pasangan incumbent. Pasangan Anies-Sandi trennya terus naik dan incumbent terus turun," kata Andre saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin, 3 Oktober 2016.

Ia menjelaskan survei internal memang masih menempatkan pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dengan tingkat elektabilitas tertinggi. Akan tetapi, posisinya sangat tipis dengan pasangan Anies-Sandi yang diusung Koalisi Kertanegara yakni Gerindra dan PKS.

Anies Baswedan 16 Bulan Tak Punya Wagub, Inikah Penyebabnya?

Ia menyebutkan posisi Ahok-Djarot sebesar 37 persen, pasangan Anies-Sandi sebesar 36 persen dan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni sebesar 9 persen. Sisanya belum menentukan pilihan.

Menariknya, sebagian besar pemilih Anies-Sandi merupakan pemilih Jokowi-Ahok pada Pilkada DKI 2012 lalu.

Cerita Haru Saat Serah Terima Kunci Rumah DP 0 Rupiah

"Sebagian pemilih besar Jokowi banyak yang berpindah dan memilih Anies-Sandi. Masyarakat simpati dengan pada pasangan calon yang diusung Gerindra-PKS dan Pak Prabowo yang ikhlas dan berjiwa negarawan mengusung Anies," kata Andre.

Untuk nama Agus diakui mampu mencuri perhatian masyarakat. Namun, pasangan Agus-Sylvi kenaikannya masih di bawah 10 persen.

Masih menurut survei internal, masyarakat cenderung menilai pencalonan Agus tidak lebih dari rivalitas Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Selain itu, masyarakat Jakarta juga hanya melihat sisi ketampanan Agus dibandingkan calon lainnya.

"Masyarakat tidak melihat program dan apa yang ditawarkan Agus ke masyarakat. Dengan kata lain, ada semacam jual mimpi dan tampang atau ganteng saja, cara pencitraannya persis SBY pada 2004 dan 2009 dan citra wong cilik Jokowi pada 2014," kata Andre.

Menurutnya, masyarakat Jakarta sekarang lebih cerdas dan realistis dalam menyikapi calon pemimpinnya ke depan. Masyarakat belajar banyak dari pengalaman SBY pada 2004 dan 2009, pengalaman Jokowi di Jakarta 2012 dan Pilpres 2014.

Ia menilai pada tahun-tahun itu konsultan pencitraan memoles SBY dan Jokowi sedemikian rupa agar mendapatkan tempat di hati masyarakat. Akan tetapi, setelah terpilih kinerjanya justru berbeda dengan polesan citra yang dibangunnya.

"Masyarakat sekarang lebih cerdas, realistis. Sudah belajar banyak dari pengalaman SBY 2004 dan 2009 dan zaman Jokowi 2014 yang begitu penuh polesan citra, sehingga kenyataannya berbeda setelah mereka berkuasa," katanya.

Pilkada DKI 2017 sendiri dalam penilaian Andre merupakan pertarungan pasangan Anies-Sandi dengan Ahok-Djarot. Pasangan Agus-Sylvi saat ini belum masuk hitungan, sebab pasangan ini tidak lebih dilihat sebagai penerus dari dinasti politik SBY. Apalagi pengalaman politik dinasti di Indonesia kurang bagus, banyak penerus dinasti yang tersandung berbagai macam masalah mulai korupsi sampai narkoba.

"Kami optimis dengan menjadikan Pilkada DKI sebagai festival ide dan gagasan, pasangan Anies-Sandi mendapatkan tempat tersendiri di hati warga Jakarta. Masyarakat sudah paham, memimpin Jakarta tidak cukup dengan tegas dan berani, tetapi juga santun, beradab dan manusiawi," kata Andre.

Ia menegaskan Pilkada Gubernur DKI sebagai festival adu ide, program, dan gagasan, bukan pemilihan model yang pemilihannya berdasarkan tampang ganteng sebagai tolak ukur pemilihan. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya