DKI Dipimpin Sekaliber Jenderal, Bagaimana Kans Mayor Agus?

Agus Harimurti Yudhoyono
Sumber :
  • Instagram @agusyudhoyono

VIVA.co.id – Poros Cikeas yang terdiri dari koalisi Partai Demokrat, PPP, PAN dan PKB sudah memutuskan bakal mengusung Mayor Inf Agus Harimurti Yudhoyono sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta di Pilkada DKI 2017 mendatang. Mayor Agus akan berpasangan dengan Sylviana Murni, seorang birokrat yang kini menjabat Deputi Gubernur DKI Bidang Pariwisata dan Kebudayaan.

Darmizal Sebut Somasi SBY Tidak Memiliki Dasar Hukum

Agus Yudhoyono-Syliana Murni diusung Poros Cikeas untuk menghadang calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, yang diusung empat partai politik, PDIP, Golkar, Nasdem dan Hanura. Pasangan petahana itu sudah lebih dulu mendaftar sebagai calon ke KPU DKI Jakarta, Selasa lalu.

Bagi Mayor Agus Yudhoyono, maju di kontestasi politik sekaliber DKI Jakarta ini merupakan pengalaman politik pertama. Sebab, selama ini, putra sulung Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono itu dikenal sebagai seorang prajurit TNI AD, yang kini menjabat Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kemuning.

Siap Hadapi Demokrat, Prof Yusuf Henuk: Tidak Ada Bahasa Menghina

Namun, keterlibatan “orang” militer di Pilkada DKI Jakarta sebenarnya bukan pertama kali. Pada Pilkada DKI 2012 lalu, setidaknya ada tiga jenderal TNI yang turut bertarung memperebutkan posisi DKI-1. Ada nama Mayjen (Purn) Nachrowi Ramli yang berpasangan dengan Fauzi Bowo sebagai Cawagub, Letjen Mar (Purn) Nono Sampono yang berpasangan dengan Alex Noerdin dan Mayjen (Purn) Herdardji Soepandji dari calon independen.

Lebih dari itu, Ibukota Jakarta juga pernah dipimpin oleh tokoh-tokoh yang berlatar belakang militer. Antara lain, Letjen (Purn) Ali Sadikin, Letjen (Purn) Tjokropranolo, Letjen (Purn) Wiyogo Atmodarminto,  Jenderal (Purn) Suryadi Sudirdja dan Letjen (Purn) Sutiyoso. Hampir semua calon, atau tokoh militer yang pernah menjabat Gubernur DKI Jakarta, berpangkat jenderal.

Curhat AHY yang Jadi Korban Hoax Lantaran Demokrat Tolak UU Ciptaker

Lantas, seberapa besar peluang Agus Yudhoyono, yang masih berpangkat Mayor TNI ini, merebut kursi orang nomor satu di Ibukota?

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, menilai kepangkatan seseorang di militer sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi kesempatan seorang calon untuk menang di pilkada. Pasalnya, warga sipil yang tak punya latar belakang militer pun bisa memimpin Jakarta.

Namun, bagaimana pun keputusan Poros Cikeas yang memunculkan nama Agus Yudhoyono sebagai bakal Cagub DKI ini merupakan spekulasi politik besar Susilo Bambang Yudhoyono bersama empat partai koalisinya.

"Karena ini tantangan buat Agus, betul punya tingkat ketokohan yang baik," kata Yunarto saat dihubungi VIVA.co.id, Jumat 23 September 2016.

Ketokohan baik yang dimiliki Agus Yudhoyono di antaranya adalah dia merupakan anak SBY, lulusan terbaik Akademi Militer dan simpatik. Akan tetapi, masyarakat Jakarta, menurutnya, tidak sekadar membutuhkan personal branding.

"Sejak (Pilkada DKI) 2012, apakah orang yang punya personal branding yang bisa bekerja? Punya track record terkait birokrasi dan pemerintahan? Itu yang sebabkan 2012 yang menangkan pertarungan bukan Hidayat Nur Wahid yang ketokohannya bagus," ujar pria yang akrab disapa Toto ini.

Kemudian, pada Pilkada 2012 juga pernah menghadirkan Faisal Basri, tokoh yang juga ekonom senior. Namun sosok yang punya ketokohan bagus tak juga memenangkan Pilkada DKI. Pemenangnya justru Wali Kota Solo, Joko Widodo, dan wakilnya yang juga seorang anggota DPR RI dan Bupati Belitung Timur, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang sudah punya track record dan bukti bisa bekerja.

"Itu jadi tantangan buat Agus. Tak mudah balikkan persepsi itu ketika Agus tak punya pengalaman di politik dan pemerintahan. Selain dia seorang anak SBY, dan sebagai tentara dengan lulusan terbaik, tapi kan levelnya baru Mayor. Sehingga belum mencapai titik puncak dalam pengalamannya di bidang militer," kata dia.

Toto menegaskan, pengalaman dan track record akan menjadi tantangan sekaligus titik lemah lulusan terbaik Akmil tahun 2000 itu dibanding calon petahana, Ahok-Djarot, atau calon lain, seperti Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Menurutnya, keputusan Poros Cikeas yang memilih Mayor Inf Agus Yudhoyono sebagai bakal Cagub DKI merupakan pertaruhan besar karier militer putra sulung SBY itu, yang seharusnya masih bisa berjalan dengan sangat baik. Keputusan ini akan menjadi spekulasi sangat dini, yang dibebankan kepada Agus Yudhoyono.

Andaikan, Pilkada DKI 2017 ini dijadikan test case bagi Agus untuk maju di Pemilu 2019, Toto menilai hal itu juga tak mungkin. Sebab, tak mungkin menyodorkan sosok yang kalah di pilkada untuk kemudian melompat di Pemilu 2019. Sebaliknya, kata dia, karier politik suami dari Annisa Pohan itu malah bisa makin meredup.

"Kalau Agus sudah sampai pangkat bintang akan lebih ringan beban buat Agus, dan lebih realistis dalam karier politik Agus. Sulit untuk pertama kali dalam pertarungan kalah, dan diharapkan bisa lompat di kancah lebih besar. Ini lebih bisa patahkan karier politiknya," terang Yunarto.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya