VIVA.co.id – Ada hal menarik di balik sidang bersama MPR, DPR, dan DPD serta Pidato Kenegaraan tahun ini. Satu sisi, acaranya terkesan sangat formal, ditambah dengan sistem pengamanan yang sangat ketat. Namun di sisi lain, acara tersebut terkesan meriah, karena dekorasi gedungnya yang memberikan kesan keceriaan dan indah dipandang mata.
Acara dilaksanakan di Gedung Nusantara (gedung kura-kura), tepatnya di ruang Sidang Paripurna I, komplek MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Selasa 16 Agustus 2016.
Seperti diberitakan sebelumnya, hiasan bunga yang memenuhi setiap sudut gedung itu, memberi kesan nyaman bagi setiap tamu udangan yang hadir. Ditambah aroma bunga yang begitu harum, membuat para undangan betah berada di ruangan.
Hiasan yang indah itu, mampu menutupi kesan formal acara yang dihadiri para pejabat tinggi negara itu. Tapi, siapakah orang-orang kreatif di balik dekorasi itu?
Adalah Ratih Raharnani (43), ketua tim lapangan dekorasi. Ia bersama teman-temannya bekerja siang dan malam demi mendapatkan hasil terbaik. Hingga bisa memuaskan tuan rumah, Dewan Perwakilan Rakyat.
Konsep hikmat, sederhana dan meriah menjadi dasar meraka yang kemudian ditafsirkan dalam sebuah karya yang kaya akan nilai estetika. Menurut Ratih, tiga kata itu sejalan dengan arah kesatuan bangsa.
"Hikmad, sederhana dan meriah. Intepretasi kita tiga hal itu ada dalam satu kesatuan yang sama dengan arah kesatuan Indonesia. Selaras dengan wajah Indonesia yang diwakili oleh peta dengan dua warna yang sederhana di belakang Garuda," kata Ratih di DPR, Senayan, Jakarta, Selasa, 16 Agustus 2016.
Ratih melanjutkan, kata hikmad merupakan makna terpendam dalam Pacasila. Sebab itu ia harus diresapi sebagai landasan dan pedoman kehidupan. Hal ini mereka gambarkan dalam sebuah patung burung Garuda yang berdiri kokoh di dinding ruangan, disulap dengan alat sederhana sehingga memberi kesan kehidupan pada patung Garuda tersebut.
"Hikmad mewakili Pancasila yang merupakan dasar dari kehidupan yang harus diresapi. Kami wakili dengan memberikan effect highlight pada perisai Garuda yang sebelumnya tidak tersentuh," ujar Ratih.
Sementara kata meriah, ditunjukkan dengan bunga-bunga yang memenuhi setiap sudut ruangan, sehingga meminimalisir kesan kaku pada acara itu.
"Meriah diwakili oleh bunga lokal yang beraneka ragam dari pintu lobi hingga ke podium. Ketiga hal itu, kami dari team dekorasi mengintegrasikan kedalam satu kata yang mewakili usia bangsa Indonesia 71 tahun, yang kami sebut nujuh satu atau menuju satu," kata Ratih. (Webtorial)