VIVAnews – Anggota tim kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden, Jusuf Kalla dan Wiranto, kembali mendatangi kantor KPU, Kamis 23 Juli 2009 sore. Mereka menyampaikan keberatan terhadap proses rekapitulasi suara manual hasil Pemilihan Presiden.
Ketua Tim Verifikasi DPT duet JK-Witanto, Zulfikar, datang untuk menyampaikan surat keberatan mengenai indikasi kecurangan dan pelanggaran DPT kepada Ketua KPU, Abdul Hafiz Anshary.
Di ruang rekapitulasi Zulkifar mengatakan keberatan ini letaknya bukan pada hasil penghitungan suara Pemilihan Presiden, melainkan pada proses pendataan pemilih.
“Sejak Pemilu Legislatif lalu, kami sudah minta KPU memutakhirkan DPT, faktanya sampai hari ini belum diselesaikan,” kata Zulkifar.
Zulkifar membeberkan sejumlah temuan di lapangan mengenai belum beresnya DPT. Misalnya, masih ada nama pemilih ganda. Kemudian, pemilih yang sebenarnya tidak lagi berhak memberikan suara, tapi tetap terdata sebagai pemilih.
Zulkifar menyesalkan KPU yang tetap mengesahkan DPT pada 6 Juli 2009. Padahal, kata dia, masih banyak masalah dalam pendataan.
Surat keberatan pasangan JK-Wiranto ini dibuat setelah saksi rekapitulasi pasangan yang diusung Partai Golkar dan Partai Hanura, Chairuman Harahap, melakukan aksi walk out dari ruang penghitungan manual, siang tadi.
Setelah menerima surat keberatan Hafiz membacakan isinya. Ada beberapa poin, yaitu meminta rekapitulasi dihentikan sampai persoalan DPT selesai, menilai KPU tidak pernah melakukan pemutakhiran data, jumlah pemilih tidak sama dengan jumlah DPT sehingga tidak ada pedoman yang akurat, dan penghitungan yang dilakukan komisi pemilu tidak sah karena dasar penghitungannya tidak jelas.
Usai membacakan surat, Hafiz berkata, “Tidak benar kalau kami tidak lakukan pemutakhiran data, KPU seluruh Indonesia bergerak.”
Lalu, dia bilang kepada tim KPU yang berada di ruang rekapitulasi, “Kawan-kawan, KPU berhenti atau terus.”
Semua tim KPU mengatakan, “Terus.”
Setelah itu, proses rekaputlasi dilanjutkan, meski tanpa saksi dari tim kampanye JK-Wiranto. Bahkan, saksi dari tim Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto sama sekali tidak mau hadir di sana sejak awal. Mereka tidak mau mengakui proses rekapitulasi ini.
Sementara itu, hingga pukul 16.00, sudah 31 provinsi dari 33 provinsi yang selesai dihitung. Pasangan SBY-Boediono mendapat 60,78 persen suara. Pasangan Mega-Prabowo 26,99 persen, dan pasangan JK-Wiranto 12,23 suara.
Tinggal Provinsi Sulawesi Barat, Papua Barat, dan daerah pemilihan luar negeri yang belum dihitung.
Baca Juga :
Corn Imports Down to 450 Thousand Tons
VIVA.co.id
23 April 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
VIVA Networks
Peminat Mobil Baru Honda Turun di 2024, Model Ini Masih Diburu Orang RI
100KPJ
sekitar 1 jam lalu
Peminat mobil baru Honda menurun di kuartal pertama 2024 jika dibandingkan pada 2023, seperti yang terlihat dari data penjualan ritel Gaikindo, atau Gabungan Industri Ken
Benarkah Insecure Dosa? Begini Kata Habib Jafar
Sahijab
sekitar 1 bulan lalu
Istilah "insecure" erat kaitannya dengan tingkat percaya diri seseorang, yang merupakan perasaan yang dapat berubah sesuai dengan situasi yang dialami. Apakah ini dosa?
Tak Saling Tegur Sapa, Ruben Onsu Ingatkan Jordi Onsu Soal Pentingnya Peran Saudara
IntipSeleb
19 menit lalu
Ruben Onsu dan Jordi Onsu adalah selebriti kakak beradik yang seringkali menghiasi layar kaca Tanah Air, namun ternyata mereka berseteru panas selama satu tahun terakhir.
Happy Asmara bersama Gilga sahid kembali jadi sorotan, kali ini keduanya dikabarkan sudah menikah usai penampilannya di atas panggung belum lama ini viral.
Selengkapnya
Isu Terkini