VIVA.co.id – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan Tidore memiliki sejarah tua yang berhubungan dengan Islam di Indonesia pada masa lampau. Hal ini disampaikan Fahri dalam lawatannya ke Kesultanan Tidore di Maluku Utara.
"Tidore punya sejarah yang tua. Tidore adalah kerajaan Islam yang masih eksis sampai sekarang. Usianya sudah 908 tahun. Lebih tua dari Kesultanan Turki Utsmani. Wilayahnya membentang dari Halmahera, Papua hingga Pasifik. Seharusnya kita wariskan kebesaran masa lalu kita agar bisa menjadi modal raksasa menghadapi masa depan,” ujar Fahri di depan seluruh petinggi Kesultanan Tidore, Kamis 12 Mei 2016.
Fahri juga berbicara tentang jasa besar Tidore dan kesadaran historis generasi muda. Oleh karenanya, Fahri mengajak anak muda untuk optimistis dan bangga dengan kebesaran Tidore.
"Jangan padamkan api kepahlawanan di dada kita. Nenek moyang kita punya kebesaran luar biasa. Tidore adalah penyumbang jasa terbesar republik ini. Seperempat wilayah Indonesia adalah sumbangan Tidore, dan kebesaran masa lalu Tidore yang besar, yang berjaya di tengah lautan harus kita ulang lagi" katanya.
Ia melanjutkan, Tidore akan menjadi kiblat bagi pengembangan kawasan timur Indonesia dan menjadi tuan rumah bagi kompetisi ekonomi di kawasan Pasifik. Sekarang tinggalkanlah Barat. Jangan menoleh terus ke sana. “Saya percaya kita akan lebih besar dari Barat. Modalnya adalah optimisme. Generasi muda dan mahasiswa harus memiliki mindset yang optimistis dan ambisius. Itu modal besar kita,” katanya.
Untuk diketahui, Fahri Hamzah melakukan kunjungan kerja ke Maluku Utara. Dalam kunjungan kerjanya kali ini, Fahri menyambangi Kesultanan Tidore dan Universitas Nuku. Fahri dijadwalkan juga akan mendengarkan aspirasi Gubernur dan tokoh masyarakat Maluku Utara, yang kemudian dirangkai dengan menjadi pembicara dalam Deklarasi Keluarga Alumni KAMMI Maluku Utara malam nanti. (webtorial)
Softbank Batal Investasi di IKN, Fraksi PKS: Jangan Perbesar APBN
Anggota Komisi V dari fraksi PKS meminta pemerintah untuk mengkaji serius dampak penarikan investasi di IKN tersebut. Jangan perbesar pemakaian APBN.
