Muhammad Lukman Edy, Politisi Pecinta Seni

Lukman Edy.
Sumber :

VIVA.co.id – Sosoknya sederhana penuh keramahan. Tuturnya jelas penuh wawasan, dia juga punya jiwa seni yang tinggi. Dialah Muhammad Lukman Edy, Wakil Ketua Komisi II DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Golkar, Gonjang-ganjing Koalisi dan Poros Tengah

Bicara soal dunia kontruksi dan seni, Lukman Edy orang yang tepat untuk diajak berdiskusi. Kebetulan karir profesionalnya bergelut dengan dunia kontraktor. Dia juga seorang pelukis dan penulis kaligrafi yang sangat indah.

Lahir di Teluk Pinang, Riau 1970, Lukman Edy menghabiskan masa kecilnya di sebuah desa terpencil di tepi sungai Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Lukman Edy adalah anak ketiga dari Ayah seorang pamong (wakil camat) yang bernama Muhammad Adnan dan Ibu bernama Nur’Aini.

Cak Imin Masih Ngotot Usul Tunda Pemilu 2024

Edy begitu sapaan akrabnya di keluarganya, tumbuh menjadi anak yang periang dan cerdas. Ia lahir di tengah keluarga yang religius.

Lukman mengawali pendidikan formalnya di SDN 4 Tembilahan. Pelajaran matematika dan kesenian sangat disukainya. Selepas tamat SD, Lukman dan keluarganya hijrah ke Kota Pekanbaru, lantaran sang Ayah menjadi Anggota DPRD Provinsi Riau.

PKS Sindir PKB soal Penundaan Pemilu: Berikanlah Usulan yang Brilian

Di Pekanbaru, Lukman melanjutkan sekolah formalnya di SMPN 4 Pekanbaru dan pelajaran matematika, sains dan seni tetap yang disukainya. Ketika duduk di SMP, Lukman kecil sudah mencintai dunia seni. Ia mulai gemar melukis, naluri seninya ini terus berkembang hingga dewasa. Objek lukisannya adalah pemandangan, bunga dan manusia. Selain itu, ia juga piawai membuat kaligrafi yang begitu indah.

Setamat SMP tahun 1986, Lukman melanjutkan ke SMAN 6 Pekanbaru (kini SMAN 8).  Di SMA, ia masuk jurusan fisika yaitu kelas paling elit di sekolahnya. Tak ketinggalan bakat seninya yang mulai tumbuh sejak SMP terus diasah hingga SMA. Bahkan Lukman muda mulai bisa mengikuti pameran seni. Karya lukisnya dipamerkan dimana-mana.

Pada tahun 1989, Lukman menamatkan pendidikan SMA nya. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Universitas Brawijaya (Unibraw), Malang, Jawa Timur,  fakultas teknik, jurusan teknik sipil.

Selama di kampus, Lukman juga aktif berorganisasi. Ia menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil sekaligus anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil untuk seluruh Indonesia. Di luar kampus, ia juga aktif di Paguyuban Mahasiswa Riau dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

Pemuda Lukman adalah aktivis kampus yang idealis dan penuh daya kritis. Kapasitas inteletualnya terasah selama menjadi mahasiswa. Selama menjadi aktivis kampus, Lukman juga sering mengikuti aksi demonstrasi.

Lukman menamatkan studi teknik sipilnya di Unibraw pada tahun 1995. Ia kemudian hijrah ke Jakarta. Di ibukota ia mendapat proyek perdananya sebagai profesional. Ia diminta membangun rumah di Rempoa, Jakarta Selatan, dan rumah itu ternyata menjadi rumah mertuanya.

Memasuki masa krisis moneter, tahun 1998, Lukman pulang kampung ke Riau. Mantan Ketua DPD Gapensi Riau ini membuka jasa konsultan manajemen untuk mendampingi koperasi-koperasi di kampungnya agar tetap survive di masa krisis.

Pendampingan yang dilakukan Lukman adalah membantu membuat proposal bantuan dana dan menggerakan ekonomi rakyat dari desa ke desa.

Mantan Komisaris PT Megah Karya Prima ini pernah mendapat proyek pembangunan rumah bagi para buruh perkebunan di tengah hutan.   

Tahun 1999, Lukman mulai berkiprah di panggung politik. Baginya dunia politik sudah taka sing. Apalagi sang Ayah juga seorang politisi. Ketika banyak partai baru bermunculan, Lukman tak ketinggalan ikut mengarsiteki lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Lukman mendapat mandate menjadi deklarator PKB Riau. Hingga pada tahun tersebut ia terpilih menjadi Anggota DPRD Riau periode 1999-2004.

Di PKB, Lukman pernah menduduki Wakil Bendahara DPW PKB Riau yang kemudian menjadi Wakil Ketua DPW. Sempat pula ia menjadi Ketua DPC di Kepulauan Riau dan kembali menjadi Anggota DPRD Riau periode 2004-2009, namun ia mengundurkan diri pada 2005, karena diangkat menjadi Sekjen DPP PKB.

Karir politiknya terus menanjak, hingga pada tahun 2007, Presiden SBY melakukan reshuffle kabinet, Lukman dipercaya menempati kursi Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal menggantikan Saefulloh Yusuf. Saat itu usia Lukman masih 36 tahun dan itu berarti dia menjadi Menteri termuda di kabinet SBY. Wakil Sekretaris Lembaga Adat Melayu Riau ini merasa karir politiknya begitu cepat melejit.

Tahun 2009, Lukman menyudahi jabatannya sebagai menteri dan kembali  terjun menjadi legislator pada pemilu 2009.

Mantan Dirut PT Inti Grup tersebut menjadi caleg dari dapil Riau II (Kabupaten Kampar, Pelalawan, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan Kuantan Singingi). Untuk pertama kalinya Lukman terpilih dan dilantik menjadi Anggota DPR RI periode 2009-20014 dan menduduki di Komisi III dan Komisi IV, sekaligus menjadi Ketua Fraksi PKB MPR RI.

Pada tahun 2014 lalu kembali Lukman terpilih menjadi Anggota DPR RI dari dapil yang sama dan menjadi Wakil Ketua Komisi II DPR RI. Dari pernikahannya dengan Gustini Zuliaty, Lukman dikarunia tiga orang anak.  (www.dpr.go.id)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya