Sumber :
- Facebook KBRI Seoul
VIVA.co.id
- Dunia maya di Tanah Air dihebohkan dengan isu foto sebuah spanduk yang dipasang di Busan Indonesia Centre (BIC), Busan, Korea Selatan. Pada spanduk itu tertulis: "Selamat Datang, Ibu Presiden Megawati Soekarnoputri di Busan Indonesia Centre!".
Menurut politisi PDI Perjuangan, Masinton Pasaribu, spanduk itu adalah bentuk penghargaan warga Korea Selatan kepada Presiden ke-5 RI itu. "Itu penghormatan warga Korea Selatan. Itu bagus, apresiasi dari bangsa asing," kata Masinton ketika ditemui di Gedung DPR, Selasa 13 Oktober 2015.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Baca Juga :
Mematahkan Peluang Tanpa Tanding Ahok
Baca Juga :
Ke Manado, Megawati Kunjungi Gereja
Menurut politisi PDI Perjuangan, Masinton Pasaribu, spanduk itu adalah bentuk penghargaan warga Korea Selatan kepada Presiden ke-5 RI itu. "Itu penghormatan warga Korea Selatan. Itu bagus, apresiasi dari bangsa asing," kata Masinton ketika ditemui di Gedung DPR, Selasa 13 Oktober 2015.
Menurut Masinton, seharusnya memang tidak ada sebutan mantan presiden. Dia mengatakan, masyarakat Indonesia seharusnya juga menghormati dan tidak membiasakan diri memakai istilah mantan presiden.
"Karena,
nggak
ada istilah mantan presiden. Itu apresiasi bangsa asing, dari Korea, dan sebaliknya, masyarakat Indonesia juga harus hormati pimpinannya," ujarnya.
Sementara itu, Kim Soo-il, pengajar di sebuah universitas di Negeri Ginseng yang memasang spanduk itu disebut telah meminta maaf dan mengakui kekeliruannya. Dia mengaku, seharusnya di spanduk tertulis Presiden ke-5 Indonesia.
"Dia mengakui cara berpikirnya berbeda dengan warga Indonesia kebanyakan. Diberi kata 'Presiden' maksudnya untuk menghormati Ibu Mega, karena mengikuti kebiasaan internasional. Di luar negeri, walau sudah tak lagi menjabat, biasanya gelar itu juga tetap melekat bersama namanya," kata Kepala Pelaksana Fungsi Konsuler KBRI Seoul, Didik Eko Pujianto.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Menurut Masinton, seharusnya memang tidak ada sebutan mantan presiden. Dia mengatakan, masyarakat Indonesia seharusnya juga menghormati dan tidak membiasakan diri memakai istilah mantan presiden.
