Curahan Made Arjaya, Kader Militan yang Dipecat PDIP

Calon Wali Kota Denpasar I Made Arjaya
Sumber :
  • VIVA/Bobby Andalan

VIVA.co.id - Keputusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan yang memecat I Made Arjaya karena mencalonkan diri sebagai calon Wali Kota Denpasar melalui partai lain, rupanya tak diratapi Arjaya.

Arjaya yang sebelumnya dikenal sebagai kader militan PDIP di Bali ini menegaskan bahwa sebagai pejuang demokrasi, dirinya telah siap menerima konsekuensi atas pilihan politik yang diambil.

"Setiap langkah serta keputusan yang diambil, pasti ada resikonya. Kami sudah berhitung dengan risiko. Jadi, saya hanya ingin menyampaikan terima kasih kepada PDIP serta rekan-rekan seperjuangan di partai," kata Arjaya di Denpasar, Senin, 21 September 2015.

Arjaya mengaku tak terkejut dipecat oleh partainya. Sudah lama dia merasa ada upaya dari oknum-oknum yang mengendalikan PDIP di Bali beberapa tahun terakhir ini untuk menyingkirkannya dari PDIP. Penyebabnya, karena sikap politik Arjaya yang kerap berseberangan dengan elite partainya.

Padahal, Arjaya mengklaim ketegasannya ini justru sejalan dengan spirit perjuangan PDIP. Ia hanya menginginkan PDIP berdiri tegak pada ideologi dan garis perjuangannya. Karena bagaimana pun, dia ikut berjuang membesarkan partai yang dulunya PDI sampai berubah nama menjadi PDIP .

Putra almarhum I Nyoman Lepug, tokoh PDIP yang telah berjasa besar membesarkan PDIP di Bali ini, menitipkan pesan kepada Ketua DPD PDIP Bali, I Wayan Koster agar bisa memimpin PDIP Bali ke arah yang lebih baik dan tak melupakan sejarah, kiprah PDIP di Bali.

Menurut politisi muda asal Sanur ini, jangan karena kuatnya nafsu menjadi Gubernur Bali pada tahun 2018 mendatang, Koster lantas melupakan sejarah bagaimana PDIP Bali bisa sebesar sekarang.

Putra Risma Tak Rela Ibunya Jadi Calon Gubernur Jakarta

Dia berharap PDIP jangan hanya dijadikan batu loncatan untuk merebut kekuasaan, tapi melupakan sejarah perjuangan partai.

"Karena Pak Koster dulu bukan PDIP, serta beliau baru di partai ini. Jadi, saya titip partai ini untuk dijaga. Jangan sampai partai hanya dijadikan sebagai tempat untuk mencari kekuasaan," ujar Arjaya.

**

Hasto Bantah Sering Komunikasi dengan Risma

Arjaya berkisah tentang bagaimana PDIP ini berkembang. Sejak masih bernama PDI, partai berlambang banteng itu sempat mengalami fase kritis eksistensi dan harus berjuang karena hendak dihancurkan Orde Baru ketika itu, tidak ada yang berani bergabung dengan partai tersebut.

Namun, ketika partai itu sudah berubah nama menjadi PDIP dan menjadi partai besar, semua berbondong-bondong masuk menjadi kader partai, salah satunya adalah I Wayan Koster. Kondisi ini sejalan dengan pernyataan orangtuanya dulu, yang merupakah tokoh PDI Bali.

"Ketika PDIP lahir menjadi partai yang berpengaruh di Bali dan nasional, semua berebut masuk. Jadi, di partai saat ini tidak hanya ada banteng, tetapi ada tikus, kerbau dan lain-lain di dalamnya," ungkapnya.

Dia menambahkan, bahwa pemecatannya sebagai kader PDIP menandakan partai yang sangat dicintainya itu telah melupakan sejarah. Padahal, dia bersama ayahnya dulu, yang bahu membahu mengangkat nama PDI di Bali, dan pada Kongres di Bali, PDI berubah nama menjadi PDI Perjuangan.

"Saya tahu bahwa orang-orang yang ada saat ini adalah adalah orang yang ada setelah berubah nama menjadi PDIP. Tak pernah merasakan jatuh bangun partai yang sebelumnya bernama PDI hingga menjadi nama PDIP," katanya.

Seperti diketahui, PKS, Demokrat dan Golkar mengusung Arjaya – Sunasri yang dikenal dengan Paket AS, maju sebagai Calon Wali Kota Denpasar. Ini adalah kali pertama dalam sejarah PKS Bali mengusung wali kota, sehingga pada Pilwakot Denpasar Desember 2015, PKS akan mengerahkan seluruh kekuatan untuk pemenangan. (ase)

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.

PDIP Bahas Nama Budi Waseso untuk Pilkada Jakarta

Sekretaris Jenderal mengelak menjawab soal nama Risma.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016