Kisah 'Kekacauan Politik' Megawati dan Gus Dur

Pembukaan Kongres PDI Perjuangan di Bali
Sumber :
  • Antara/Andika Wahyu

VIVA.co.id - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan berkisah tentang dirinya dan mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat keduanya didaulat sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 1999.

Cerita 'kekacauan politik' di balik layar itu diungkap Megawati saat menjadi pembicara seminar peringatan hari konstitusi yangh diselenggarakan di gedung Parlemen, Jakarta, Selasa 18 Agustus 2015.

"Saya bilang ke Gus Dur. Mas kan tidak punya partai, kenapa mau jadi presiden? Gus Dur bilang, saya mau jadi presiden. Boleh saja. Mega bertanya aturan main mana ya," kenang berkisah soal percakapannya bersama Gus Dur 16 tahun silam tersebut.

Putra Risma Tak Rela Ibunya Jadi Calon Gubernur Jakarta

Baca Juga:

Padahal, kala itu dari hasil kongres yang digelar PDIP, lanjut , ia sudah didapuk untuk menjadi presiden. Namun demikian, Gus Dur tetap 'ngotot' memintanya menjadi wakil presiden.

"Pusing semua orang, saya juga pusing. Ada yang mau jadi Presiden, tapi jadi wapres. Yang bikin kacau balau siapa ya? Ini politik yang tidak ditata dengan rapi," kata Megawati.

Lalu ia pun melanjutkan kisahnya dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa  Matori Abdul Jalil. Di mana kala itu, nyaris serupa dengan Gus Dur yang juga mendesaknya untuk memilih menjadi wakil presiden.

"Pak Matori minta saya jadi Wapres sampai nangis-nangis. Ini cerita lucu republik," katanya.

Karena itu, ia berharap apa yang pernah terjadi pada dirinya di masa lalu tidak perlu terjadi lagi. Di mana Indonesia pernah melakukan uji coba berbagai sistem pemerintahan dan berbagai cara pemilihan kepala negara.

"Kita pernah Pemilu langsung tahun 1955. Kita pernah percobaan pakai serikat. Sampai kapan kita mau uji coba terus. Makanya saya menyerahkan Presiden sama Pak Jokowi. Saya sudah pernah Jadi Wakil Presiden, pernah Jadi Presiden. Saya pernah di gedung ini 10 tahun," katanya.

Hasto Bantah Sering Komunikasi dengan Risma
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.

PDIP Bahas Nama Budi Waseso untuk Pilkada Jakarta

Sekretaris Jenderal mengelak menjawab soal nama Risma.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016