Anggaran Pertahanan Kecil, Hambat Regenerasi Alutsista

Presiden Lihat Alutsista TNI AD
Sumber :
  • ANTARA/Widodo S. Jusuf
VIVA.co.id
Menhan Yakin 10 Tahun Lagi Indonesia Buat Pesawat Tempur
- Peneliti CSIS, Iis Gindarsih, mengatakan minimnya alokasi anggaran untuk pertahanan menjadi faktor utama penghambat laju program modernisasi sistem persenjataan TNI, baik TNI AD, AL dan AU.

Ini Alasan TNI AU Belum Gunakan Pabrikan Indonesia

"Progres regenerasi alutsista Indonesia lamban, meskipun sudah dijalankan programnya sejak tahun 2000an. Dan memang regenerasi juga sudah dilakukan, hanya saja tidak dalam waktu yang singkat," katanya dalam media briefing di kantor CSIS, Jalan Tanah Abang III, Jakarta Pusat, Jumat 3 Juni 2015.
Seribu Anak Bangsa Bisa Hidup dari Helikopter Lokal


Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) tersebut menerangkan bahwa perlunya mendorong Pemerintah untuk meningkatkan alokasi anggaran pertahanan sebesar 1,5 persen dari Gross Domestic Product (GDP) Indonesia pada 2020 nanti, dengan nilai anggaran kurang lebih mencapai 20 miliar dolar Amerika, atau sekitar 200 Triliun rupiah.


"Tahun 2019 kemungkinan baru mencapai kurang lebih 1,2 persen dari GDP.  Ini pekerjaan rumah yang besar, untuk membuat Angkatan Laut untuk bisa menjadi negara maritim yang hebat, karena saat ini dukungan minim sekali," tuturnya.


Kata Gigin, sapaan akrab Iis Gindarsih, anggaran pertahanan merupakan salah satu hal yang krusial untuk pembiayaan kebutuhan dan pengembangan militer.  Hal itu agar TNI memiliki sumberdaya untuk eskperimen, latihan dan pendidikan para prajurit yang ada, sehingga tidak mengekang doktrin militer atau strategi pertahanan. (one)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya