Ini Ancaman RI Menurut Calon Kepala BIN Sutiyoso

Kampanye PKPI di Mampang, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id
Kepala BIN Dinilai Cari Popularitas dari Amnesti OPM
- Calon Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Letjen (purn) TNI Sutiyoso, menyampaikan berbagai persoalan masalah intelijen, dan juga visi dan misinya sebagai calon tunggal yang diajukan oleh Presiden Joko Widodo ke DPR.

Tim Pengawas Intelijen Dibentuk, Kepala BIN Tak Terganggu

Sutiyoso memaparkan, ada beberapa aspek yang bisa mengancam Indonesia saat ini. Pertama, adalah dari segi aspek ideologi. Dia mencontohkan, gerakan ISIS yang juga banyak generasi muda Indonesia yang turut serta.
DPR Bentuk Pengawas Intelijen, Apa Fungsinya?


"Dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi dan informasi, kita generasi muda tidak memahami dan mengamalkan Pancasila, maka ideologi ekstrem akan mudah berkembang," kata Sutiyoso, di hadapan Komisi I DPR, Selasa 30 Juni 2015.

Pada bidang politik, Sutiyoso menyorot Pilkada serentak yang mulai dilaksanakan pada 9 Desember 2015. Kata Sutiyoso, Pilkada serentak untuk pertama kalinya dilaksanakan di 269 provinsi, kabupaten dan kota, juga bisa mengganggu stabilitas negara.


"Ancaman stabilitas politik dan keamanan di tingkat daerah perlu diwaspadai. Semisal kita membayangkan kalau 10 persen dari 269 terjadi kerusuhan, itu akan cukup menggganggu stabilitas politik dan keamanan nasional," katanya.


Di bidang ekonomi, mantan Pangdam Jaya ini menyoroti penurunan nilai tukar rupiah yang sudah terlalu besar. Menurut dia, ini juga dapat mengganggu stabilitas di dalam negeri.


"Termasuk stabilitas fiskal. Artinya gelombang panas El Nino yang diprediksi BMKG akan terjadi Juni sampai November tahun ini dapat mengancam produksi pangan dan ketersediaan dan stabilitas harga kebutuhan pokok," katanya.


Sementara ancaman di bidang sosial budaya, menurut Sutiyoso adalah masih adanya sentimen SARA di berbagai daerah. Sentimen ini, lanjut dia, masih muncul dan berbahaya pada terjadinya konflik.


"Masih menjadi ancaman di berbagai daerah, dan potensi menyulut kerusuhan. Dan adanya kerusakan lingkungan di berbagai daerah dapat memicu keresahan sosial," jelasnya.


Sutiyoso juga menyoroti ancaman di bidang pertahanan dan keamanan. Menurut dia, ancaman fanatisme di beberapa provinsi, tetap harus di waspadai.


"Gerakan dari luar dan dalam negeri yang memprovokasi separatisme, harus dicegah sedini mungkin. Ancaman kolonialisme dan ekstremisme terus ada dan semakin dinamis. munculnya seruan dari organisasi teror untuk melakukan teror di negara masing-masing, harus diwaspadai," papar Sutiyoso.


Selain itu, lanjut dia, ancaman juga datang dari infiltrasi agen asing. Konteks separatisme, keuangan, telekomunikasi dan sebagainya.


Termasuk juga, ancaman kejahatan terorganisir seperti narkoba, kejahatan keuangan, perdagangan manusia, imigran gelap, pembalakan liar, dan penjarah kekayaan laut yang dianggapnya semakin membahayakan kepentingan nasional.


"Ancaman perbatasan muncul di daerah. Timor Timur, Papua, dan Kalimantan," katanya.


Ancaman juga terjadi di laut. Pemicunya, lanjut Sutiyoso, karena adanya peningkatan ketegangan di Laut China Selatan.


"Pelanggaran kedaulatan di berbagai pulau, perlu diberikan respons yang cepat, tepat dan efektif. Tertinggalnya pembangunan di daerah perbatasan dan pulau terdepan, dapat berpengaruh pada integritas teritorial Indonesia. sementara kondisi alutsista TNI dirasakan belum memadai untuk memaksimalkan kesiapsiagaannya," paparnya.


Ancaman juga datang dari aspek teknologi. Menurut Sutiyoso, masyarakat Indonesia saat ini semakin intensif memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sementara, pengamanan terhadap infiltrasi baik dunia maya serta peran telekonimukasi dan peran cyber, relatif masih lemah.


"Hal ini perlu diwaspadai mengingat pengguna Internet terbesar di Indonesia adalah kelomopok usia remaja dan pemuda yang rawan terinfiltrasi separatisme, ekstremisme, terorisme, dan lain-lain," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya