Grace Natalie: Sebagai Politikus, Saya Masih Hijau

Grace Natalie
Sumber :
  • VIVAforum
VIVA.co.id
Kami Akan Memberi Kesegaran Politik
- Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie, mengungkapkan partai yang dipimpinnya berbeda dengan partai yang sudah eksis saat ini. PSI mengusung ideologi keberagaman, yang sesuai dengan kondisi Indonesia.

PSI Diklaim untuk Profesional Muda Berkarier di Politik

"DNA (partai) kami itu kebaikan dan keberagaman. Artinya ingin menjadi rumah bagi orang-orang yang tidak pernah mengasosiasikan politik seperti saya," jelas Grace ditemui VIVA.co.id di Grand Indonesia, Jakarta, Selasa, 28 April 2015.
Mantan Presenter Cantik Dirikan Partai Politik Baru


Grace mengaku tak sedikit pun sebelumnya terpikir untuk menjadi ketua umum, apalagi menjadi calon presiden, sebagaimana kebanyakan pemimpin partai politik di Indonesia.


"Menjadi ketua umum (partai politik) ada kesan untuk jadi presiden. Jujur, saya tidak kepikiran apalagi saya pengalaman politik tidak ada, kemudian non muslim, keturunan Tionghoa, masih hijau (pemula) dibandingkan dengan politisi lainnya. Namun, saya ingin berkontribusi bagi seluruh masyarakat," tutur mantan presenter berita televisi itu.


Grace menjelaskan kelahiran PSI diharapkan menjadi jawaban dari keresahan permasalahan yang ada di Indonesia, terutama soal perubahan ke arah yang lebih baik lagi.


"Secara konstitusi, jalur perubahan dengan memengaruhi regulasi dari wakil rakyat, hanya melalui partai politik. Diakui, hanya partai politik yang dapat memberikan perubahan," ucapnya.


Dia pun membantah keberadaan PSI menjadi sinyal menentang upaya pemerintah untuk merampingkan jumlah partai politik di Indonesia.


"Mungkin Anda tahu sendiri untuk bergabung ke partai yang ada sekarang mentok jadi sekjen. Kita ingin anak muda dapat memberikan kultur yang berbeda. Mengubah (Indonesia melalui) partai yang ada itu mission impossible (tidak mungkin) tapi possible (mungkin) dengan partai baru," kata dia.


Grace melanjutkan dengan partai yang diisi generasi muda, dapat menerapkan kultur baru yang lebih modern dan tetap mewakili kaum minoritas.


"Anak muda itu ibarat selembar kertas putih, kita akan terus jaga. Meski kita tidak tahu ke depannya seperti apa, paling tidak bahan bakunya bagus," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya