Politikus PDIP Ungkap Kejanggalan Hibah F-16 dari AS

Politikus PDIP TB Hasanuddin
Sumber :
  • Antara/ Ujang Zaelani

VIVA.co.id - Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanudin mengatakan, pesawat F-16 yang terbakar di Halim Perdanakusuma merupakan pesawat bekas, pengadaan tahun 2010-2011. Menurut dia, sejak awal datang di Indonesia, pesawat tersebut memang sudah bermasalah.

2025, Indonesia Bisa Buat Sendiri Pesawat Tempur F16

"Saya tidak banyak dapat info soal pesawatnya, tapi yang saya liat pesawat itu nomor ekornya itu nomor baru, berarti ini F16 pengadaan yang terbaru. Pengadaan yang terbaru itu dulu, kami tolak mati-matian," ujarnya di gedung DPR RI, Jakarta, Kamis, 16 April 2015.

Ia menjelaskan, pada saat itu sebenarnya Komisi I DPR RI menyetujui pembelian enam unit pesawat F-16 Block 60 baru lengkap dengan persenjataan terbaru senilai US$650 juta. Pembelian pesawat tercanggih buatan AS ini dinilai sesuai dengan kebutuhan alutsista Indonesia.

Negara Besar Senjata Uzur

"Tapi kepala staf TNI AU tiba-tiba berganti dan kebijakan berganti juga. Waktu itu, kepala stafnya Pak Imam, dan tidak setuju membeli yang baru dengan alasan hanya dapat sedikit, mendingan membeli yang bekas," ujarnya menambahkan.

Dengan batalnya pengadaan enam pesawat baru F-16 Block 60 generasi tercanggih, maka pemerintah menggantinya dengan pengadaan 24 pesawat F 16 Block 25, yang kemampuannya jauh di bawah enam pesawat dalam pengajuan awal.

Mengenal Sosok di Balik Pengintai Mata-mata Malaysia

Menurut dia, 24 pesawat F-16 Block 25 itu merupakan pesawat bekas grounded di Gurun Arizona. Jika akan dihibahkan maka diambil 2-3 tiga komponen pesawat yang masih baik, untuk dipasang ke satu pesawat, lalu siap dihibahkan.

"Pesawat itu bekas pesawat patroli milik pasukan dalam negeri, national security, atau national defence, bukan pesawat tempur keluar," ujar politisi PDIP ini.

Purnawirawan TNI ini mengaku tak habis pikir kenapa KSAU saat itu tetap memaksakan membeli pesawat bekas dengan alasan dapat banyak pesawat. Padahal, dana yang dikucurkan pemerintah untuk mengupgrade pesawat-pesawat bekas itu tidak sedikit, sehingga pilihan membeli pesawat baru adalah rasional.

"Mending beli yang baru, canggih, punya daya tangkal yang tinggi. Miliki efek detern yang tinggi dengan Block 60 itu. Di wilayah Asia pun Block 60 itu yang paling bagus. Dapat 6 biji dengan persenjataan. Tapi kalau tanpa senjata, bisa 8 biji. Tapi yang dipilih malah yang bekas. Kita nggak habis pikir," ujar TB Hansanudin.

Sejak awal datang ke Indonesia, pesawat F-16 yang diberikan cuma-cuma oleh pemerintah AS ini sudah bermasalah.

"Gelombang pertama datang empat pesawat, buat untuk dukung upacara 5 Oktober 2014. Dari yang dikirim hasil retrofit, dua itu crack atau retak, tidak bisa dipakai. Sekarang kebakar nggak bisa take off. Ini harus diinvestigasi. Mumpung pesawatnya belum datang semua dan sebagian masih di Amerika."

(mus)

![vivamore="
Baca Juga
:"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya