Hendrawan Supratikno, dari Kampus ke Parlemen

Anggota Badan Legislasi Komisi XI DPR RI Hendrawan Supratikno
Sumber :

VIVA.co.id - Terlahir dengan nama Supratikno dan belum ada nama “Hendrawan” di depan namanya. Nama Hendrawan ternyata baru disematkan ketika ia sudah duduk di bangku SMA.

Hendrawan lahir di Sidamulya, 21 April 1960 1960 yaitu sebuah desa kecil di Kecamatan Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah. Hendrawan kecil tumbuh menjadi anak periang dan cerdas.

Pimpinan DPR Nilai Sudah Cukup Bukti Jadikan Ahok Tersangka

Masa kecil Hendrawan dihabiskan di desa. Bersama sahabat-sahabat kecilnya, ia suka sekali bermain. Permainan favoritnya adalah layang-layang, kelereng, mencari ikan, bermain burung dara, dan sepak bola.

Mengawali pendidikan formal, Hendrawan bersekolah di SD Kristen Sidareja, tak jauh dari rumahnya. Setiap hari ia mengendarai sepeda ke sekolah. Hendrawan adalah bintang pelajar di sekolahnya. Ia selalu mendapat ranking kelas sejak duduk di kelas 1 sampai kelas 6.

Pelajaran yang sangat disukainya adalah sejarah. Tak hanya di sekolah, di rumahnya pun ia kerap mendapat pelajaran sejarah dari sang ayah. Bila ayahnya sedang bercerita tentang sejarah Indonesia dan wayang, Hendrawan selalu menyimak dengan serius.

Lulus SD tahun 1974, Hendrawan melanjutkan ke SMP Kristen Sidareja, masih satu lokasi dengan SD-nya. Prestasinya terus berlanjut di bangku SMP. Ia selalu menempati rangking teratas di kelasnya. Selain sejarah, pelajaran geografi juga sangat disukainya. Bahkan, ia mendapat nilai 10 untuk pelajaran sejarah. Pelajaran eksak seperti matematika, ia juga sangat pandai.

Tamat SMP tahun 1977, Hendrawan hijrah ke Kota Purwokerto, Jateng dan tinggal bersama kakaknya bernama Iman Sujono. Sang kakaklah yang sepenuhnya membiayai pendidikan Hendrawan. Saat itu, Hendrawan meneruskan studi di SMA Kristen Purwokerto. Di sekolah ini legenda bulutangkis dunia Christian Hadinata pernah bersekolah.

Semasa di SMA lah nama “Hendrawan” mulai disematkan dari sebelumnya hanya Supratikno. Diawali usulan para temannya di SMA agar dirinya merubah atau menambah nama.

Setamat SMA tahun 1977, Hendrawan muda melanjutkan ke Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jateng. Prestasi yang mumpuni sebagai pelajar tentu memudahkan dirinya melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Cita Citata Cabut Laporan terhadap Anggota DPR

Keluarga besarnya memang sangat mendorong ia menjadi mahasiswa. Padahal, semua kakak dan adiknya malah menjadi pedagang. Sebelumnya, ia hampir saja bekerja sebagai supir untuk mobil kakaknya, karena khawatir tak ada yang membiayai kuliah.

Dan pada 1981, ia dinobatkan sebagai mahasiswa teladan. Ketika lulus menjadi sarjana muda, ia diangkat menjadi asisten dosen.

Tahun 1983, Hendrawan akhirnya meraih gelar S1. Setelah itu, Hendrawan sempat mendapat tawaran bekerja sebagai jurnalis di Majalah Tempo dari Arif Budiman. Sementara Dekan FE UKSW John Ihalauw memintanya agar menjadi dosen di almamaternya itu. Namun, Hendrawan mendapat beasiswa dari Kedubes Belgia untuk melanjutkan studi S2 di Katholieke Universiteit te Leuven, Belgia. Anggota Dewan Riset Nasional itu, mengambil studi Financial Management.

Pada 1986, Hendrawan lulus dan mendapat gelar MBA. Gelar akademik tersebut sangat bergengsi apalagi didapat dari universitas ternama di luar negeri. Usai menyelesaikan studi S2 di Belgia, dia kembali ke almamaternya dan langsung diangkat menjadi Pembantu Dekan (Pudek) I FE UKSW. Karirnya sebagai akademisi terus melejit. Tahun 1989, mantan anggota GMKI itu diangkat menjadi dekan. Dan ternyata pengangkatannya sebagai dekan mencatatkan dirinya sebagai dekan termuda Museum Rekor Indonesia (MURI). Usianya saat itu 29 tahun. Sampai kini, rekor tersebut belum terpecahkan.

Mantan Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia cabang Salatiga ini, dipercaya sebagai Dekan FE UKSW untuk dua periode berturut-turut, yaitu 1989 -1992 dan 1992-1994. Setelah itu, ia mendapat beasiswa untuk program doktoralnya. Kali ini, Hendrawan menuntut ilmu ke Vrije Universiteit Amsterdam, Belanda. Di negeri Kincir Angin itu, ia menekuni bidang manajemen strategik dan ekonomi bisnis.

Setelah berhasil meraih gelar PhD bidang ekonomi, Hendrawan kembali lagi ke kampus tercintanya di Salatiga, tahun 1998. Prestasinya yang cemerlang dan dedikasinya yang tinggi, membuatnya dipercaya lagi menempati posisi dekan untuk ketiga kalinya (2000 2004). Dosen di Lembaga Administrasi Negara ini, bahkan dikukuhkan menjadi guru besar bidang manajemen strategik dan ekonomi bisnis, sekaligus dianugrahi gelar profesor dari UKSW tahun 2001.

Kwik Kian Gie politisi sekaligus ekonom terkemuka, lalu meminta Hendrawan menjadi pengajar sekaligus pengelola Institut Bisnis dan Informatika Indonesia di Jakarta. Hendrawan diangkat menjadi Direktur Pascasarjana di lembaga tersebut. Dari pergaulannya dengan Kwik Kian Gie, mengantarkan Hendrawan pada pergaulan lebih luas dengan para politisi PDI Perjuangan. Saat itu tahun 2004, Megawati masih menjabat Presiden dan sedang mencalonkan diri menjadi Presiden kembali bersama Hasyim Muzadi sebagai calon Wakil Presiden. Adalah Cornelis Lay penasihat ekonomi Presiden Megawati yang pertama mengajaknya ke Mega Center. Akhirnya ia pun dipercaya menjadi tim sukses Mega-Hasyim dalam Pilpres 2004.

Di Mega Center itu, dia bertemu Taufik Kiemas. Dari situlah, dia mulai dekat dengan Taufik Kiemas. Dan pada Pemilu 2009, mendiang Taufik Kiemas menawarkannya menjadi caleg dan ditempatkan di dapil Jateng X (Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Pemalang, dan Kabupaten Batang) nomor urut 2.

Dosen ekonomi bisnis di berbagai kampus terkemuka Indonesia itu, sukses meraih suara hingga mengantarkannya menjadi anggota DPR RI untuk pertama kali. Di DPR, ia ditempatkan di Komisi VI yang membidangi perdagangan, industri, koperasi, BUMN, dan perlindungan konsumen. Kini, Hendrawan adalah Anggota Badan Legislasi Komisi XI DPR RI. Malang melintang menjadi akademisi, akhirnya malah mengantarkan dirinya ke panggung politik. Daya kritisnya sebagai akademisi tak luntur walau sudah menjadi politisi.

Kelak, bila tak lagi menjadi anggota DPR, Hendrawan akan kembali ke habitatnya sebagai akademisi profesional. Ia kembali mengajar di kampus-kampus sebagai ahli ekonomi bisnis dan manajemen strategik. (sumber : www.dpr.go.id)


Komisi II Bahas PKPU dengan KPU & Bawaslu
Anggota Komisi VII DPR RI Aryo Djojohadikusumo

Komisi VII Dukung Upaya Pemerintah Perkuat Pertamina

Demi mencapai kedaulatan energi.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016