- VIVAnews/ Dwi Royanto (Semarang).
VIVAnews - Penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah oleh DPR beberapa waktu lalu terus berlanjut. Kali ini, puluhan mahasiswa Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah yang turun ke jalan.
Dalam demo Senin 29 September 2014, para mahasiswa itu "melibatkan" buntalan kain kafan berbentuk pocong dalam demo mereka. Pocong itu mereka bopong sebagai simbol matinya demokrasi.
Mereka berunjung rasa di depan Gedung Gubernur Jalan Pahlawan, Semarang. Massa yang mengatasnamakan Barisan Rakyat Indonesia Jaga Demokrasi (Brigade) itu memprotes Rancangan UU Pilkada yang disahkan DPR, Jumat dinihari 26 September lalu.
Selain orasi, para mahasiswa juga melakukan aksi teatrikal dengan pocong itu. "Pocong yang kami bawa ini sebagai simbol bahwa demokrasi Indonesia telah mati dan diganti dengan oligarki kepartaian," ujar Koordinator aksi Rama Tantowijaya di sela aksi.
Dia menilai, hak rakyat telah mati karena dibunuh oleh anggota legislator. Dalam orasinya, mahasiswa juga menyebut pemimpin sudah tidak mewakili rakyat tapi mewakili fraksi dan partai-partai politik yang menaungi mereka.
Rama menegaskan, UU Pilkada yang mengembalikan pemilihan kepala daerah ke DPRD itu bertentangan dengan UUD 1945.
"Pilkada secara langsung harus tetap dilaksanakan, karena sesuai konstitusi Pasal 18 ayat 4 UUD 1945 tentang pemilihan kepala daerah," beber dia.
Adapun bunyi aturan itu adalah: (4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masingmasing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.
Para pendemo ini ditemui langsung oleh Ketua DPRD Jawa Tengah Rukma Setyabudi. Politikus PDI Perjuangan itu menyatakan bahwa pilkada lewat DPRD merupakan langkah mundur bagi demokrasi Indonesia. (ita)
Indonesia U-23 Masuk Jajaran Debutan Piala Asia U-23 yang Sukses
Indonesia U-23 merupakan debutan di Piala Asia U-23. Mereka tampil mengejutkan karena berhasil menempati peringkat keempat pada akhir turnamen edisi kali ini.
