- VIVAnews/Fajar Sodiq
"Almarhum dirawat sejak minggu kedua bulan Juli dengan keluhan batuk dan sakit di paru-parunya. Penurunan kondisi kesehatan yang gawat terjadi sejak 4 hari yang lalu. Kita pakaikan kembali alat bantu pernapasan," ujar Beni di RSPP, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 28 Agustus 2014.
Beni menuturkan, kondisi kesehatan almarhum sempat membaik selama 2 hari belakangan. Saat Wakil Presiden Boediono menjenguk pun, almarhum bisa memberikan responsnya.
"Selama 2 hari belakangan, beliau agak membaik kondisinya. Kemarin Pak Wapres menjenguk pun beliau bisa memberi respons saat Pak Boediono menyapa. Beliau memang sadar total, bisa mengenali kita, hanya tak bisa berbicara karena dipasangi alat bantu pernapasan," ujarnya.
Namun, menurut Beni, kondisi kesehatan almarhum kembali drop siang tadi, dan akhirnya tak bisa ditolong lagi malam ini. Suhardi didiagnosa menderita kanker paru-paru stadium IV.
"Hari ini jam 2 siang, kondisinya makin menurun, tensi darah makin tidak stabil. Kami sudah berusaha maksimal dengan memberi terapi, ventilator, dan segala jenis obat-obatan, tapi akhirnya beliau wafat pada pukul 21.31 tadi. Kondisi penyakitnya sudah di stadium akhir," ucapnya.
Almarhum Suhardi meninggal dunia pada usia 62 tahun. (art)