Kalah Pemilihan Pimpinan Pansus DPR, PDIP Tak Merasa Dijegal

Sidang Paripurna DPR ke-29
Sumber :
  • ANTARA/Reno Esnir
VIVAnews -
Nonton Langsung di Qatar, Fitri Carlina Menangis Saat Timnas Indonesia Menang Lawan Korea Selatan
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tidak merasa dijegal karena kalah saat Pemilihan Pimpinan Panitia Khusus (Pansus) Perubahan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu kemarin. Sebab, jumlah anggota dewan yang tergabung dalam koalisi Joko Widodo-Jusuf Kalla memang kalah banyak dibanding anggota dewan dari koalisi Merah Putih.

Hasil Liga 1: Tampil Ngotot dari Awal, PSIS Semarang Gilas Persikabo 1973

"Kita siap jadi pimpinan tapi dilihat dari mayoritasnya nggak mungkin. Kalau toh divoting pun kita melihat tidak memungkinan," kata anggota Komisi I, Tubagus Hasanuddin, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis 28 Agustus 2014.
Beredar Video WN Polandia Kehilangan Isi Kopernya, Pihak Bandara Ngurah Rai Bali Beri Penjelasan


Ketua Dewan Perwakilan Daerah PDIP Jawa Barat itu mengimbau agar koalisi Merah Putih tidak jumawa dengan menjadi mayoritas di DPR. Sebab, Undang-Undang MPR, DPR, DPD, dan DPRD itu masih dalam proses persidangan di Mahkamah Konstitusi.


"Kita lihat saja dulu nanti. Apakah koalisi itu masih utuh atau tidak," ujarnya.


Ketua Fraksi Hanura, Syarifuddin Suding, angkat bicara terkait ketidakhadiran mereka dalam Pemilihan Pimpinan Pansus Tata Tertib DPR. "Saleh Husein sudah saya tugaskan di Pansus, tapi ternyata dia ada kunjungan ke Semarang dari Komisi V jadi nggak hadir," ungkap dia.


Pemilihan Pimpinan Pansus Perubahan Tata Tertib DPR, Rabu 27 Agustus 2014, berjalan alot. Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso yang memimpin rapat itu mengatakan setiap fraksi mempunyai pandangan terkait kandidat pimpinan Pansus.


"Koalisi Merah Putih dan koalisi Jokowi-JK sudah mulai kelihatan nyata di parlemen. Kalau biasanya rapat berjalan 15 sampai 30 menit, tadi sampai 3 jam," ujar Priyo di Gedung DPR, Jakarta.


Kubu pertama mengajukan Benny K Harman (Demokrat), Aziz Syamsuddin (Golkar), Fahri Hamzah (PKS), dan Toto Daryanto (PAN). Sementara kubu Jokowi-JK mengajukan TB Hasanuddin (PDIP) dan Hanif Dhakiri (PKB).


Akhirnya dipilih Benny K Harman dan kawan-kawan, dengan catatan jika ada kepentingan besar pimpinan Pansus bisa diubah dan dikocok ulang. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya