Sumber :
- ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
VIVAnews - Partai Demokrat rupanya sangat kesal ada banyak pesan yang berisi seolah-olah Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono akan mengganggu pemerintahan presiden terpilih, Joko Widodo. Keprihatinan itu disampaikan oleh Ketua Dewan Pertimbangan Partai Demokrat, Amir Syamsuddin, pada Jumat 22 Agustus 2014.
Baca Juga :
Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial
SBY, lanjut Amir, justru berupaya membantu Jokowi dalam masa transisi seperti saat ini. "Sungguh menyedihkan manakala uluran tangan SBY untuk membantu kemulusan proses transisi dinilai sebagai upaya merecoki presiden yang baru," kata Amir.
Menurut Amir, bantuan SBY itu tulus untuk membantu Jokowi. Bukan untuk mengganggu pemerintahannya.
"Sungguh tidak pada tempatnya penggunaan kata "jangan merecoki Presiden baru." Patut diketahui bahwa uluran tangan SBY untuk membantu kemulusan proses transisi yang disampaikannya dalam pidato kenegaraan di DPR, adalah tulus tanpa pamrih dan tanpa syarat apapun," kata dia.
Uluran tangan itu, kata Amir, semata didorong rasa tanggung jawab yang besar seorang pemimpin yang ingin melakukan yang terbaik agar penggantinya sukses diawal awal masa tugasnya.
"SBY ingin meletakkan satu tradisi baru yang akan berguna dalam perjalanan bangsa ke depan," katanya.
Keluh Kesah SBY di Twitter
SBY mengeluhkan sejumlah pesan bernada negatif yang diterimanya melalui kicauan di akun Twitter miliknya, @SBYudhoyono. Pesan negatif itu, menurut SBY, berbunyi "SBY & PD jangan ngrecoki Jokowi".
SBY memaknai pesan negatif itu agar ia jangan mengganggu atau mengatur-atur Jokowi saat menggantikannya sebagai presiden. []
"Saya tidak paham apa yang dimaksud dengan 'ngrecoki' itu. Tidak ada niat dan pikiran sedikit pun untuk mengganggu Pak Jokowi," kicaunya di Twitter.
SBY menjelaskan, saat menyampaikan Pidato Kenegaraan pada 15 Agustus lalu, dia mengatakan, secara moral dia wajib membantu presiden baru.
"Saya dengan senang hati membantu jika memang dikehendaki. Jadi terserah kepada presiden baru. Tidak ada pikiran buruk dari saya. Ketika saya ingin ikut menyukseskan transisi antara saya dengan presiden terpilih itu juga niat baik saya agar ketika dilantik jauh lebih siap," tegasnya.
Namun, SBY menyayangkan, ternyata ada yang tidak menghendaki hal-hal baik itu terjadi. "Tentu saya harus menghormati. Naluri politik saya jadi bekerja," tuturnya. (ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Uluran tangan itu, kata Amir, semata didorong rasa tanggung jawab yang besar seorang pemimpin yang ingin melakukan yang terbaik agar penggantinya sukses diawal awal masa tugasnya.