Noriyu: Jangankan Saya, Demokrat Saja Terancam Tak Dapat Kursi

Peluncuran buku Nova Riyanti Yusuf
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews
Profil Putri Isnari, Pedangdut yang Dilamar Anak Pengusaha dengan Uang Panai Rp2 M
- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrat, Nova Riyanti Yusuf atau biasa disingkat Noriyu, pesimistis bisa terpilih kembali masuk Senayan. Jangankan terpilih kembali, Nova yang mencalonkan diri dari daerah pemilihan Jawa Timur VI itu pun menganalisis partainya bisa gagal memperoleh kursi dari daerah pemilihan itu.

Keluarga Tegaskan Lettu Agam Tak Pernah Lakukan Kekerasan Fisik ke Istrinya

"Demokrat harus fight untuk mendapatkan satu kursi sisa," katanya saat berbincang dengan VIVAnews, Kamis 17 April 2014.
Gus Ipul Bicara soal Pergantian Cak Imin dari Ketua Umum PKB: Harus Regerenasi


Menurutnya, delapan dari sembilan kursi DPR dari daerah pemilihan yang terdiri dari itu akan habis dibagi rata Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, Partai Golkar dan Partai Nasdem. Sisa satu kursi lagi yang menurutnya akan diperebutkan Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera.


Namun di internal Demokrat, Noriyu yang memiliki nomor urut 2 masih harus bersaing dengan calon nomor urut 1, Venna Melinda. Dari 50 persen suara yang sudah dihitung, suara mereka berdua sudah sama-sama di atas 30.000 suara, namun sementara Venna yang unggul.


"Namun Venna berpikir seolah-olah dengan mengalahkan saya, dia akan otomatis mendapatkan satu kursi," kata dokter yang juga penulis novel itu. "Padahal setelah itu harus bertarung lagi dengan partai-partai lain untuk dapat satu kursi."


Kritik Pelaksanaan Pemilu


Noriyu mengkhawatirkan pelaksanaan Pemilu kali ini yang dinilainya lebih rawan daripada Pemilu sebelumnya. Sistem rekapitulasi suara yang dipusatkan di desa/ kelurahan semakin membuat mudah suara "ketelingsut".


Sementara, kata Noriyu, Demokrat tak memiliki banyak saksi sampai ke setiap TPS. "Bayangkan, ketika penghitungan dilakukan, bisa saja suara yang masuk adalah untuk Nova Riyanti Yusuf, namun ketika di-
tally
, masuknya ke calon lain," kata Noriyu. "Dan karena tak ada saksi Demokrat, ya akhirnya dibiarkan saja," katanya.


Noriyu menilai Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat kurang sungguh-sungguh dalam pengerahan saksi ini. Pengerahan saksi, kata Noriyu, tak mungkin dibebankan pada caleg.


Kini, Noriyu mengaku sibuk mengawal rekapitulasi suara di dapilnya.  "Cuma memberi makan dan ongkos sedikit untuk teman-teman yang mengawal sedikit proses itu," kata Noriyu. Secara keseluruhan, sejak masa kampanye, "Sudah habis Rp350 juta," kata Noriyu. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya