Hasto PDIP: Kami Lebih Memilih Bikin Puisi Kehidupan

Sekjen PDIP Hasto Kristianto
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnewsWakil Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, menilai puisi yang disampaikan Fadli Zon didesain sebagai bentuk "serangan" terhadap Joko Widodo. Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon, kembali meluncurkan puisi sarat sindiran ke salah satu kandidat capres itu berjudul "Raisopopo", pada Kamis 16 April 2014.
Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

"Puisi yang dalam tradisi di negeri ini dipakai untuk menyampaikan kritik sosial, atau sebagai pengungkapan jiwa kepahlawanan, dan bahkan menjadi genderang perang atas berbagai bentuk ketidakadilan, namun di tangan Fadli Zon telah menjadi alat perang orang per orang," kata Hasto.
Prabowo: Saya Akan Bekerja untuk Seluruh Rakyat Indonesia, Termasuk yang Tidak Pilih Saya

Menurut dia, Fadli memaksakan kaidah sastra untuk keperluan perang. Akibatnya, tidak hanya kekacauan logika, namun pemutarbalikan fakta.
Peringati Hari Konsumen Nasional, Mendag Zulhas: Pengusaha Curang Membunuh Usahanya Sendiri

"Aku raisopopo seharusnya menjadi ungkapan kejujuran seorang pemimpin bahwa tanpa rakyat, pemimpin memang tidak bisa apa-apa," ujarnya.

Demikian halnya dalam wayang. Hasto menjelaskan, wayang merupakan potret dan ritual kehidupan. Di dalamnya ada Sengkuni yang sukanya mengadu domba orang.

"Di dalamnya ada Duryudana, yang menyukai keangkaramurkaan, dan menghalalkan berbagai cara untuk melanggengkan kekuasaan, termasuk penculikan," tuturnya.

PDI Perjuangan, kata Hasto, tetap berkeyakinan bahwa dalam strategi pemenangan pemilu yang terbaik hanya bergerak satu arah memenangkan hati nurani rakyat.

"Karena itu, kami lebih memilih membuat puisi kehidupan, guna menggelorakan kembali semangat perjuangan rakyat untuk melawan berbagai bentuk ketidakadilan," kata dia.

Menurut dia, menjadi manusia yang sejati adalah manusia yang memiliki kerendahan hati, sehingga sikapnya tidak menyombongkan diri. Dengan sikap itu, meski dia merasa tidak bisa apa-apa, dengan rakyat, kenyataannya menjadi bisa melakukan segalanya.

Manusia hanya lakon, dan bukan dalang. Sangat berbahaya ketika manusia merasa menjadi dalang, karena itu bisa melakukan segalanya menjadi sah untuk kehendaknya.

"Capres kami lebih memilih berbagi mimpi, berbagi harapan dengan aksi nyata. Bukan hanya di belakang meja. Hanya mereka yang punya mata hati yang bisa melihat niat suci. Bekerja dengan hati. Menjadi teladan dan bukan hanya menjual slogan."
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya