Pengamat: JK Harusnya Legowo dan Tidak Ngotot

Jusuf Kalla Berkunjung ke PBNU
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews
Kebakaran Toko Bingkai Mampang, 5 Orang Terluka Dilarikan ke RS
- Pengamat politik dari LIPI, Profesor Siti Zuhro, berharap mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) legowo dan tidak ngotot untuk maju lagi ke kancah politik. JK juga diminta agar tidak terpengaruh untuk didorong menjadi wakil presiden.

100 Ribu Pendukung Prabowo-Gibran Diklaim Bakal Aksi di MK Besok, Polri Lakukan Ini

"Kalau Pak JK legowo lebih mulia. Agar Indonesia tidak dikatakan krisis generasi penerus, selain itu Partai Golkar sudah mengerucut ke Pak Aburizal dan sudah dideklarasikan. Kalau ketua partai punya kekuatan politik dan didukung penuh," kata Siti Zuhro kepada
Kasus Mayat Perempuan dengan Kondisi Wajah Hancur, Polisi Tangkap 3 Orang
VIVAnews , Rabu 16 April 2014.


Saat ini menurutnya, dukungan untuk Jusuf Kalla hanya datang dari bawah dan itu hanya sekadar usulan-usalan saja. Keberhasilan JK di 2004 belum tentu bisa diulang kembali.


"Kalau dia punya partai dan ada dukungan dari partai tentu bisa. Tapi setiap era ada pemimpinnya, setiap pemimpin ada eranya," katanya.


Siti menambahkan, masyarakat telah melihat bahwa kemenangan JK pada 2004 adalah karena "SBY effect". Saat itu, SBY hampir dipastikan bisa menang bila dipasangkan dengan siapa saja.


"Pada 2004 menang karena digandeng SBY.  Tapi SBY-nya yang menang, SBY dipasangkan dengan siapa saja menang. Dicoba pecah kongsi, jadi capres dengan Hanura nyatanya 'keok', Golkar kalah di pileg dan pilpres," katanya.


Meski dengan hitungan survei yang tinggi, Siti tetap tidak yakin JK dapat meraup suara yang signifikan bila berlaga di pilpres. Banyak survei yang meleset, Jokowi effect yang disampaikan lembaga survei juga tidak terbukti. Saat ini, perilaku pemilih sudah berpikir secara kritis dan pemilih cerdas telah meningkat.


"Saya kurang percaya dengan survei. Survei meleset semua, Jokowi effect juga melesat. Survei itu belum bisa mengukur tingkat psikologi politik atau animo masyarakat. Dengan jumlah pemilih muda yang mencapai 53 juta, elite partai harusnya mempromosikan yang sesuai dengan jiwa generasi muda. Ini harus diakomodasi elite partai politik," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya