PKB Bantah Kelabui JK, Rhoma, dan Mahfud MD

Rhoma Irama dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rahmad
VIVAnews - Sebelum pemungutan suara pemilihan umum 2014 digelar, Partai Kebangkitan Bangsa mengusung Rhoma Irama, Mahfud MD, dan Jusuf Kalla menjadi calon presiden. Namun, seiring dinamika komunikasi partainya dalam rangka mencari mitra koalisi, ketiga nama itu tak serta merta diusung menjadi cawapres. 
Film Badarawuhi di Desa Penari Tembus 1 Juta Penonton, Joko Anwar Kasih Selamat

Ketua DPP PKB Marwan Jafar mengaku tetap menjaga komitmen terhadap Jusuf Kalla, Rhoma Irama, dan Mahfud MD untuk mengusungnya menjadi calon presiden. Hanya saja, tidak pernah ada komitmen partainya memperjuangkan ketiga orang itu menjadi cawapres.
Korban Meninggal Kecelakaan Bus Rosalia Indah Bertambah Satu Orang, Ini Identitasnya

"Untuk Pak JK, Pak Mahfud, dan Pak Rhoma, itu memang pembicaraan yang ada posisinya sebagai capres. Tidak ada pembcaraan menjadi cawapres. Komitmen politiknya itu," kata Marwan kepada VIVAnews, Selasa 15 April 2014.
431 Kerbau di OKI Sumsel Mati Mendadak, Ini Penyebabnya

Menurut dia, publik tidak sepenuhnya memahami komitmen tersebut sehingga muncul dugaan seolah-olah PKB mengkhianati tiga tokoh itu karena memasukkan nama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dalam bursa calon wakil presiden.

"Ketiga tokoh itu memang komitmen sebagai capres bukan cawapres. Kalau pun toh begitu, PKB berlapang dada jika ketiganya jadi cawapres, mengingat suara PKB tidak mungkin menjadi leader koalisi. Kita persilakan jika leader koalisi mau," ujarnya.

Marwan menilai, partai yang berpotensi menjadi pemimpin koalisi hanya ada tiga, yaitu PDIP, Gerindra, dan Golkar.

"Karena ini sudah menyangkut personal dalam penentuan capres cawapres itu yang menilai juga unsur koalisi," katanya.

Marwan mengungkapkan, pemunculan nama Muhaimin merupakan desakan kader, simpatisan, dan pemilih PKB dari kalangan bawah. Mereka melihat Muhaimin selama ini sudah berjuang, berkeringat, dan berkreasi sehingga suara PKB naik signifikan.

"Kalau toh demikian belum ada isyarat ya atau tidak dari Pak Muhaimin, di sisi lain sudah banyak orang menggebuki," katanya.

Marwan mendapati suara-suara kritis cenderung mencaci Muhaimin berasal dari sejumlah tokoh senior Nahdhatul Ulama, baik melalui media massa maupun media sosial. 

"Kami berterima kasih jasa Pak Mahfud dan Pak Rhoma, Pak JK tidak ikut kampanye, terima kasih banyak sebesar-besarnya. Bukan kami meninggalkan tokoh-tokoh tersebut," ujarnya. (umi)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya