Pakar: Blusukan Hanya Pencitraan, Jokowi Effect Gagal

Jokowi tiba di Lampung untuk kampanye PDIP
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Kristian Ali
VIVAnews - Calon presiden dari PDIP Joko Widodo (Jokowi) dinilai kurang mahir melakukan komunikasi politik sehingga tidak memberi pengaruh besar pada perolehan suara PDIP pada pemilu legislatif 9 April 2014. 
Hubungannya Diduga Retak karena Orang Ketiga, Begini Kata Syifa Hadju Soal Perselingkuhan

Pengamat Media dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra, menilai Jokowi selama ini hanya mengandalkan pencitraan melalui berbagai kegiatan yang diliput media. Jokowi kurang melakukan komunikasi dengan rakyat.
Yandri Klaim Seluruh DPW dan DPD PAN Ingin Zulhas Kembali Ketua Umum

"Blusukan hanya jadi ajang pencitraan. Datang hanya untuk salaman, foto-foto, basa-basi sebentar kemudian masuk televisi. Komunikasi yang dilakukan terlihat tulus dan empati tetapi kering karena publik membaca ada motif lain yang tersembunyi," kata Dosen Ilmu Komunikasi itu dalam siaran persnya, Kamis 10 Maret 2014.
Bagi Mardani Ali Sera, PKS Harus Oposisi: Kita Beda dengan 02, Landasan Berpikir dan Asumsinya
 
Menurutnya, saat diberi mandat menjadi capres PDIP, Jokowi seharusnya lebih meningkatkan kemampuannya dalam berkomunikasi pada rakyat terutama menjawab sentimen negatif yang ditujukan padanya.

Namun, menghadapi serangan demi serangan, Jokowi tak mampu menunjukkan jawaban yang tangkas dan cerdas. Jokowi hanya menjawab ‘Aku rapopo’. 

"Jawaban tersebut memang menjadi populer tetapi kontraproduktif karena tidak menjawab substansi berbagai tuduhan yang diarahkan padanya," ujar Iswandi.
 
Selain tidak cakap melakukan komunikasi dengan rakyat, Jokowi juga kurang piawai lakukan komunikasi dengan stakeholders politik lainnya. Padahal, dalam sistem demokrasi multipartai ini berkomunikasi dengan partai politik lainnya juga tidak kalah penting. 

"Ini tidak bisa diwakilkan oleh Ketua Umum partai, Jokowi harus melakukannya sendiri agar rakyat percaya Jokowi tidak berada di bawah bayang-bayang Megawati," kata Doktor Kajian Media dari UGM tersebut.

Gagalnya Jokowi effect ini menjadi antitesis terhadap kekuatan media yang berada di belakang Jokowi.

"Ini hal baru yang menarik untuk diteliti dalam studi media. Dalam sosiologi media ada semacam kutukan, orang yang populer atau besar karena media akan hancur juga oleh media. Jangan sampai hal tersebut terjadi pada Jokowi." 
 
Seperti diketahui, penghitungan cepat (quick count) Pemilu 2014 yang dilakukan sejumlah lembaga survei, menempatkan PDIP memperoleh suara pada kisaran 19 persen. Capaian suara tersebut meleset jauh dari perkiraan internal yang dilakukan oleh PDIP untuk memperoleh suara 27 persen. 

Sejumlah survei sebelumnya bahkan memprediksikan PDIP akan meraup 35-40 persen suara. Hal tersebut dimungkinkan karena menguatnya popularitas Jokowi sebagai calon Presiden yang diusung oleh PDIP.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya