LSI: Tugas Berat PKS Justru Yakinkan 186 Juta Pemilih, Bukan Kader

Anis Matta Diperiksa KPK
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews
Followers TikToker Gali Loss Melejit Buntut Konten Hewan Ngaji, Polisi: Dia Tak Berpikir Panjang
- Peneliti Senior Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi, Minggu 2 Februari 2014, menyatakan bahwa ketiga kandidat calon presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belum memiliki elektabilitas yang tinggi di luar kader partai.

Terpopuler: Tentang Nafkah Anak Laki-laki yang Sudah Baliqh sampai Masalah Obat Kuat

"Ketiga nama kandidat capres yang dirilis oleh Dewan Syuro PK itu relatif masih kecil dukungannya di tingkat survei. Hampir semua lembaga survei menunjukkan bahwa dukungan publik kepada ketiganya itu masih sangat minimal," ujar Burhan kepada
Jadwal Mobil SIM Keliling DKI Jakarta, Depok, Bandung, Bekasi Sabtu 27 April 2024
VIVAnews .

Menurut Burhan, ketiga kandidat capes itu memang mendapat dukungan kuat dari kader PKS yang memberi suara dalam Pemlihan Raya atau pemira sebagai proses internal partai. Namun, tugas berat yang sebenarnya harus segera diselesaikan PKS adalah meyakinkan para pemilih di luar kader partai.

"Nama-nama kandidat itu kan dipilih berdasarkan tiga suara terbesar menurut kader-kader PKS, kurang lebih 200 ribu kader yang memberi suara dalam pemira. Tapi dukungan 200 ribu kader itu dibanding 186 juta pemilih bagaimana?" kata Burhan.


Kasus dugaan suap importasi sapi yang melibatkan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka dinilai telah menciderai citra PKS di mata pemilihnya. Terutama pemilih yang sedang mencari partai bersih dari korupsi.


"Ekspektasi pemilih di luar PKS sebagai partai yang bersih dari korupsi itu besar. Sebelum kasus LHI muncul, PKS termasuk yang dianggap lebih bersih dibanding partai lain," kata Burhan.


Oleh karena itu, ia melanjutkan, akan berat bagi PKS jika menggunakan strategi
rebranding
atau pemulihan citra melalui isu partai anti korupsi.

"Citra PKS sudah terkoyak oleh kasus LHI. Sulit bermain isu itu lagi," kata Burhan.


Namun, justru akan lebih efektif jika PKS memainkan isu kepedulian dalam strategi
rebranding
menjelang pemilu 2014.


Sebab, menurut Burhan, dibanding partai lain, kader PKS lebih punya militansi dan turun langsung ke lapangan. Apalagi kepedulian sosial kader PKS sudah terbukti dalam berbagai peristiwa bencana, terutama bencana alam.


"Kepedulian sosial, kalau itu bisa di-
rebranding
lagi, misalnya di daerah yang terjadi bencana alam kader PKS ada di garda depan, akan sangat efektif. Setidaknya untuk minimal tidak jeblok eletabilitasnya," kata Burhan.


Jika PKS mampu menunjukkan citra sebagai partai peduli itu, menurut Burhan, tentu akan mengubah nada atau
tone
pemberitaannya yang negatif selama ini.


Apalagi, survei menunjukkan bahwa
tone
pemberitaan merupakan faktor yang paling mempengaruhi kepercayaan publik terhadap suatu partai. Media sosialisasi yang paling tinggi penagruhnya memang melalui iklan. Tapi, survei juga menunjukkan bahwa sebagian besar pemilih tidak percaya pada iklan.


"Efektivitas iklan rendah. Jadi PKS tidak harus
jor-joran
iklan, meski penetrasinya kuat. Sekarang yang dipercaya itu
tone
pemberitaan, itu yang akan efektif ubah prilaku elektoral pemilih yang lebih besar," kata Burhan.


Di sisi lain, tiga kandidat capres PKS juga dinilai tak akan memberi dampak besar pada peningkatan elektabilitas partai. Sebab, ketiganya merupakan tokoh lama PKS.


"Keterbatasan stok kader yang lebih kredibel di internal ini juga menjadi kendala besar PKS dalam melakukan
rebranding
," kata Burhan.


Sebelumnya, Majelis Syuro DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan 99 anggota PKS telah bermusyawarah untuk mengerucutkan lima kandidat calon presiden (capres) 2014. Dari lima, Majelis Syuro menetapkan tiga nama.


"Mereka adalah Muhammad Hidayat Nur Wahid, Muhammad Anis Matta, dan Ahmad Heryawan," ujar Ketua Majelis Syuro, Hilmi Aminuddin di kantor DPP PKS, TB Simatupang, Jakarta Selatan, Minggu 1 Februari 2014.


Selengkapnya, baca . (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya