Survei: Caleg Artis Tidak Terlalu Diminati

Ilustrasi artis yang berpolitik.
Sumber :
  • ANTARA/Dhoni Setiawan
VIVAnews
5 Bintang Arsenal Terancam Absen Lawan Man City! Perebutan Puncak Klasemen Makin Panas
- Jelang pemilihan umum legislatif, partai politik ramai-ramai merekrut calon dari latar belakang artis untuk mendongkrak perolehan suara. Namun, hasil survei Pol Track Institute pada Minggu, 26 Januari 2014, menunjukkan caleg tidak selalu dipilih publik.

Rusia Telah Menangkap Pemodal Teroris Serangan Moskow, Ternyata Dikirim Melalui Ukraina

Survei Pol Track bertajuk "Menakar Peta Politik 2014: pengaruh figur terhadap konfigurasi politik 2014" menyebut caleg artis hanya dipilih oleh 16,8 persen rakyat Indonesia.
Terungkap, Alasan Rizky Irmansyah Sukses Curi Perhatian Nikita Mirzani


Publik masih lebih mempercayai caleg dengan latar belakang politisi atau pengurus partai untuk duduk di parlemen. Angkanya mencapai 50,90 persen.


Hasil survei itu dijelaskan secara langsung oleh Direktur Eksekutif Pol Track Institute, Hanta Yuda AR, di Hotel Ibis Tamarin. Survei itu dilakukan terhadap 1.200 responden di 33 provinsi pada 16-23 Desember 2013 kemarin. Tingkat kepercayaan terhadap survei itu mencapai 95 persen dan tingkat kekeliruan +/- 2,83 persen.


"Apabila caleg berasal dari kalangan artis maka mereka harus bertransformasi terlebih dahulu menjadi seorang politisi. Karena apabila sebuah partai menempatkan caleg yang tepat, itu juga dapat mendongkrak perolehan suara bagi parpol yang bersangkutan," kata Hanta.


Caleg yang tergolong baru namun masih muda, ternyata memberikan secercah harapan bagi publik akan adanya perubahan di parlemen. Oleh sebab itu dari hasil survei terlihat sebanyak 48,30 persen publik akan memilih mereka.


Salah satu dari sekian banyak artis yang akan maju sebagai caleg 2014 yakni Charles Bonar Sirait. Charles mengatakan baru kali pertama maju jadi caleg.

Ditemui usai menjadi pembicara di acara serupa, Charles turut mengomentari banyaknya artis yang terjun ke politik jelang pemilu 2014. Dia mengakui untuk masuk ke dunia politik tidak cukup hanya bermodalkan fisik bagus semata.


"Saya sebenarnya rindu melihat sosok figur artis yang bisa menjadi pemimpin di parlemen, misalnya dengan menjadi ketua fraksi. Tentunya untuk duduk di posisi itu, dibutuhkan kompetensi yang luar biasa," katanya.


Charles berpendapat para artis yang bergabung ke parpol juga perlu menunjukkan kemampuannya di internal partai dan kepada publik.


"Seharusnya mereka sudah lebih banyak mengedepankan visi, misi dan kecerdasannya. Jadi, tidak hanya sekadar menampilkan popularitas dan penampilan fisik semata," katanya.


Namun, dia tidak berani mengomentari kinerja rekannya sesama artis yang kini sudah duduk di DPR. Dia merasa tidak adil menilai seorang artis yang berubah menjadi politisi karena dia jarang memperhatikan secara rutin kinerja mereka.


Dia pun, ketika di Golkar, mengaku lebih banyak diminta soal gagasan, visi dan misi dalam menghadapi suatu masalah. Agar bisa mengenal dapilnya, Charles mengaku kerap menolak tawaran menjadi pembawa acara, bahkan dari partainya sendiri.


Ditanya soal motivasinya terjun ke dunia politik, Charles mengaku tertarik untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Menurut dia, pendidikan merupakan landasan menuju sebuah negara maju.


"Mungkin perubahan itu bisa dilakukan secara individu, tetapi tidak akan berdampak besar secara nasional. Sementara apabila bergabung ke DPR, maka akan memiliki daya tekan yang lebih kuat. Jalur untuk ke sana hanya dengan bergabung parpol," kata dia. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya