Sumber :
- VivaNews/ Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews -
Survei opini publik atau
opinion poll
memiliki potensi ketidakakuratan yang biasanya tercermin dalam tingkat margin
of error. Dapat juga terjadi, apa yang dikenal sebagai
non-response
bias, bias dalam pemilihan sampel yang tak representatif.
"Bahkan, bisa terjadi bias yang memang direkayasa oleh pelaksana survei," kata Direktur Eksekutif Seven Strategic Studies (7SS), Mulyana W Kusumah, dalam rilis yang diterima
VIVAnews
, Selasa 22 Oktober 2013.
Mulyana mengatakan, berbagai bias dimungkinkan dalam survei. Seperti konstruksi pertanyaan terarah. Atau pun
coverage
bias, yaitu sampel yang tidak mewakili populasi, sebagai konsekuensi metodologi yang digunakan.
"Berbagai potensi ketidakakuratan dan bias dalam survei, seharusnya dikoreksi secara terbuka dengan kaidah-kaidah akademik, atau dikritisi dengan survei tandingan," katanya.
Semaraknya publikasi hasil polling berbagai lembaga survei, menurut mantan Anggota Komisi Pemilihan Umum ini, pada satu sisi bernilai positif bagi pembentukan sikap kritis publik. Sisi lainnya, gambaran kontestasi yang kian hangat menjelang Pileg dan Pilpres 2014.
"Dengan demikian, hasil polling elektabilitas tidak perlu ditanggapi berlebihan, karena memberikan kontribusi bagi tumbuhnya rasionalitas politik," kata dia. (art)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
non-response