- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews - Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan, Bambang Wuryanto, menegaskan, partainya belum juga memutuskan siapa yang akan menjadi calon presiden, karena hal ini tergantung keputusan Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum. Namun, dia menjelaskan, keputusan Megawati memang tak bisa ditebak.
Salah satu nama yang dinilai memiliki elektabilitas tinggi dari PDI Perjuangan adalah Joko Widodo yang kini menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Namun, sekali lagi, menurut dia, Megawati tak bisa ditebak.
Bukan hanya persoalan capres, kader bahkan kesulitan menebak siapa yang akan duduk sebagai ketua MPR menggantikan Taufiq Kiemas yang mangkat, beberapa waktu lalu.
"Banyak orang sudah merasa dekat dengan Megawati. Tapi, akhirnya tidak dipilih juga," tukasnya.
Dia mencontohkan Joko Widodo atau yang kerap disapa Jokowi. Tak ada yang menyangka Megawati akan memilihnya sebagai calon gubernur DKI Jakarta.
"Awalnya, Megawati malah minta Foke (Fauzi Bowo) berdoa untuk dia di ulang tahunnya. Foke pun sudah pede. Mereka juga tetanggaan, kurang dekat apa Bu Mega sama Foke? Tapi, akhirnya pilihannya ke Jokowi," kata Bambang.
Oleh karena itu, Bambang berharap, kedekatan Megawati dengan Jokowi jangan lantas diartikan PDI Perjuangan akan mendukung pencapresan Jokowi.
Bambang kemudian mengambil contoh lain, Pilkada Jawa Tengah. Banyak suara internal PDI Perjuangan yang yakin Rustriningsih yang bakal maju dan didukung Megawati. Tetapi, akhirnya Megawati lebih memilih Ganjar Pranowo.
"Jadi, keputusan Megawati itu sama sekali tidak bisa diduga. Kami pun sebagai kadernya tidak bisa menebak," ujar dia.
Lalu, apakah Megawati akan mencalonkan lagi dalam Pilpres 2014? "Itu dia, sama juga jawabannya. Megawati bilang dia sudah tua, sudah sering capek. Tapi, kan kami juga tidak tahu bagaimana ke depannya," kata dia. (art)
Neraca Perdagangan RI Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Mendag: Bagian dari Keberhasilan Kemendag
Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan alias Zulhas menyambut baik capaian neraca perdagangan Indonesia yang surplus selama 47 bulan berturut-turut.
