Pemilihan Legislatif 2009

Mengasong Contoh Surat Suara

“Silakan, ini surat suara untuk sosialisasi. Penting untuk pemahaman calon pemilih,” kata Nuraeni, alumni Institut Pertanian Bogor Jurusan Kehutanan. Dia bicara dengan kader-kader Partai Demokrat yang hilir mudik di lobi Pekan Raya Jakarta.

Bawa Kabar dari Tanah Suci, Peran Media Optimalkan Penyelenggaraan Ibadah Haji

Minggu 8 Februari 2009 merupakan hari pertama Rapat Pimpinan Nasional Partai Demokrat. Forum rapat itu berlangsung selama dua hari di sana.

Beberapa calon legislator tertarik. Mereka mendekat ke Nuraeni yang berdiri sambil membentangkan kertas suara berukuran 54 x 84 sentimeter. “Ini dijual atau gratis,” kata Mikha Runawery, calon legislator dari daerah pemilihan II DPRD Kabupaten Kepulauan Yapen, Serui, Papua.

Sekjen PKS: Kalau Pak Prabowo Datang Kita Akan Beri Karpet Merah Sebagai Presiden Pemenang

Nuraeni mengatakan kertas suara ini bukan dibagi gratis, melainkan dijual. Satu paket Rp 20 ribu. Dua paket Rp 30 ribu. Bila membeli Rp 100 ribu, akan diberi tujuh paket.

Mikha dan sejumlah calon legislator yang berkumpul mengelilingi Nuraini banyak bertanya tentang barang itu. Nuraeni menjelaskan alasan harus memiliki contoh surat ini.

Hattrick! Pendeta Gilbert Dilaporkan Lagi soal Penistaan Agama ke Polda Metro

Fungsi contoh surat untuk sosialisasi. Bila memilikinya, calon legislator dapat mengenalkan bentuk surat. Lalu bagaimana memberi tanda ketika pemungutan suara. Persiapan dini ini penting, kata Nuraini. Mengingat pemilihan legislatif 2009 ini beda dengan pemilihan sebelumnya.

Isi surat yang digunakan tahun ini terdiri puluhan partai. Di tiap kolom tercantum ratusan nama calon anggota legislatif. Penampilan surat model baru ini dapat menyulitkan konstituen. Karena itu, kata Nuraeni, mereka betul-betul harus disiapkan jauh hari.

Apalagi, untuk menandai surat tidak sesederhana pemilu 2004. Waktu itu orang tinggal menyoblos gambar partai. Tapi, sekarang ini harus memberikan tanda contreng dua kali. Yaitu di gambar partai dan nama kandidat.

“Ini untuk investasi, pak. Bila bisa masyarakat siap mesti sejak awal disosialisasikan,” kata Nuraeni.

Nuraeni juga menjelaskan surat suara di pemilihan nanti semua dilipat lima kali. Dia menunjukkan kepada para calon legislator trik membuka lipatan. Teknik yang diperagakan Nuraeni tidak sembarangan. Karena ada rahasia cara membuka kertas sekaligus menemukan kolom Partai Demokrat.

Nuraeni mengatakan teknik itu dapat diajarkan ke masyarakat. Dengan begitu mereka mudah menemukan letak Partai Demokrat.

                                               *

Muhammad Ihsanudin, alumni Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung jurusan Industri ini yang punya ide mengasong contoh surat suara. Selama ini, kakak Nuraeni itu menjadi senior desainer di salah satu studio desain di Kupang, Nusa Tenggara Barat.

Di sana dia dan teman-temannya mengelola studio desain. Menjelang pemilihan umum, mereka panen. Pesanan pembuatan rupa-rupa artibut partai untuk penunjang kampanye membanjiri studionya. Misalnya stiker, kalender, dan bendera.

Banyak calon legislator dari provinsi itu datang ke studio bukan sekedar memesan alat-alat peraga kampanye, melainkan konsultasi bagaimana sosialisasi ke masyarakat secara efektif. Ihsanudin menerjemahkan kebutuhan mereka dengan bahasa grafis.

Orang Indonesia Timur, kata dia, punya karakteristik khusus. Umumnya, mereka menyukai hal-hal yang praktis dan simpel. Itu semua diterjemahkan dengan bahasa grafis.

Dari macam-macam persoalan yang muncul, ada satu problem yang kemudian menginspirasi Ihsanudin. Ternyata para calon legislator tidak banyak yang tahu model surat suara.

Persoalan itu ditangkap sebagai peluang bisnis sekaligus  membantu para calon itu sosialisasi.

Lalu, dia mencari-cari contoh surat ke Komisi Pemilihan Umum Daerah Nusa Tenggara Timur. Tapi tidak ada.  Ke KPUD Jawa Barat. Di komisi ini  hanya ada satu contoh. Itupun telah ditempel di dinding sehingga tidak dapat dipinjam untuk digandakan.

Akhirnya dia menyelusuri contoh surat suara melalui internet. Dia  mendapatkannya.

Surat suara itu kemudian dicetak. Ihsanudin mengatakan untuk mencetak sendiri surat itu tidak perlu ijin ke komisi pemilihan. Seandainya dia disalahkan, dia sudah punya argumentasi.

Bahwa contoh surat yang dicetak ini telah sesuai standar, yakni ukurannya sama persis dengan yang diatur KPU. Bentuk dan berat kertas pun disesuaikan.

“Ini juga untuk membantu karena ternyata di daerah banyak yang tidak tahu.” Kata dia. “Padahal pemilihan legislatif tinggal beberapa minggu lagi. Kalau kemudian ada keuntungan bagi kami, itu ya resiko. Karena kan harus mengganti ongkos ke sana kemari dan  mencetak juga.”

Setelah dicetak, kata Ihsanudin, disambut baik para calon legislator. Banyak permintaan. Misalnya ketika mengasong di Rapat Kerja Nasional Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan IV di Solo, Jawa Tengah, contoh surat suara terjual ribuan lembar.

                                               *

Mikha Runawery langsung memborong contoh surat suara yang ditawarkan Nuraini. Dia mengatakan masyarakat di daerah pemilihannya perlu disosialisasikan tentang barang ini. Rencananya, setelah pulang ke Papua nanti, dia akan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan masyarakat. Tujuannya untuk memberi tahu model surat suara dan bagaimana memberi tanda.

Jumlah partai di pemilihan umum tahun ini, kata Mikha, terlampau banyak. Di surat suara juga terdapat ratusan nama calon legislator. Masyarakat, kata dia, dapat bingung dibuatnya.  Karena itu, mereka memerlukan perkenalan dengan surat suara secara serius.

Surat suara yang dijual ini didesain sederhana. Tiap calon legislator tidak perlu membeli empat warna surat. Warna kuning untuk calon anggota DPR, hijau untuk DPRD Kota dan Kabupaten. Biru untuk calon anggota DPRD Provinsi. Dan merah untuk calon anggota DPD.

Jadi, yang dijual hanya satu lembar surat suara. Kemudian diberi empat kertas empat warna sesuai tingkatan legislatif. Warna itu tinggal di tempel pada bagian kop surat disesuaikan kebutuhan sosialisasi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya