Buku Dosa-dosa Politik Yudhoyono Diluncurkan

VIVAnews - Boni Hargens, pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, meluncurkan buku karyanya "Trilogi Dosa Politik: Memahami Dosa-dosa Politik Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dan Pengkhianatan Kaum Intelektual." Peluncuran ini mengundang para tokoh yang rajin mengkritik pemerintahan seperti AS Hikam dan Rizal Ramli.

Mengomentari buku ini, AS Hikam mengatakan, banyak paradoks demokrasi dalam pemerintahan Yudhoyono. "Yang terjadi demokrasi dimaknai sebagai hilangnya kepastian," kata Hikam dalam sambutan peluncuran buku di Gallery Kafe, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Senin, 22 Desember 2008.

Namun calon legislator dari Partai Hati Nurani Rakyat meminta sikap kritis itu tidak asal bicara. Hikam meminta penulis ikut memberi jawaban-jawaban atas persoalan yang dihadapi pemerintah. "Jangan sekadar exercise belaka," ujar mantan politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu.

Sementara Rizal Ramli menilai pemerintah belum benar-benar memberantas korupsi. Indikator kesuksesan memberantas korupsi, kata Rizal, dilihat bukan dari banyak tangkapan koruptor saja. "Buktinya, sampai saat ini masih banyak kebocoran anggaran di pusat atau pun di daerah," kata Rizal.

Rizal juga bicara mengenai fenomena economic bubble. Pemerintah lebih banyak bermain statistik, kampanye kesuksesan, tapi pada faktanya gagal. Rizal membantah penilaian Bank Dunia yang mengatakan perekonomian Indonesia on the track. "Yang terjadi sebenarnya ekonomi Indonesia out of track," ujarnya.

Pemerintahan Yudhoyono membawa kondisi ekonomi normal menjadi 'ekonomi antre' karena buktinya banyak yang mengantre, pengangguran meningkat. Banyak janji-janji Yudhoyono-Kalla yang tidak ditepati misalnya berjanji membangun 1.000 megawatt listrik tapi tidak tercapai sehingga beberapa kota lebih banyak petnya daripada byarnya," ujar Rizal.

Calon presiden independen, Fadjroel Rachman, mengatakan Yudhoyono-Kalla merupakan bagian loyalis Soehartois-Orbais. "SBY-JK adalah bab terakhir para Soehartois-Orbais dan 2009 adalah tahun terakhir kepemimpinan para loyalis Soeharto. Kepemimpinan loyalis 2009 mesti direbut," ujarnya pendek.

Si pengarang buku, Boni Hargens, mengatakan Indonesia sekarang terjebak pada politik popularitas. Sehingga rakyat dipaksa memilih yang paling populer. Boni lalu menawarkan deklarasi Blok Politik Kontrapolitisi Gagal. Isinya menilai elit-elit yang berkuasa setelah 1998 telah gagal total. "Ini pentingnya penyegaran kepemimpinan melalui calon alternatif," ujarnya.

Sekjen Golkar Tegaskan Munas Tak Bisa Dimajukan Sebelum Desember 2024
Kawasan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)

Lippo Karawaci Cetak Pendapatan Rp 17 Triliun di 2023, Kantongi Laba Bersih Rp 50 Miliar

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 15 persen year on year (YoY) menjadi Rp17 triliun pada 2023.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024