Anggota DPR Korban Kapal Pecah Tuntut Pemprov

alm. Setia Permana, anggota Fraksi PDIP DPR RI
Sumber :
  • Facebook Setia Permana

VIVAnews - Kecelakaan kapal di Bunaken, Sulawesi Utara, yang menewaskan anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Setia Permana diduga karena kelalaian manusia. Salah satu korban selamat yang juga anggota DPR, Otong Abdurrahman, menuntut tanggungjawab Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.

"Saat itu sudah dekat dermaga. Teman-teman timbul tenggelam. Tapi tidak ada satu pun pihak keamanan laut yang stand by. Kalau ada, tentu kejadiannya tidak sefatal itu," kata Otong Abdurrahmandi Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin 9 Agustus 2010.

Otong menambahkan, ia adalah anggota Komisi III Bidang Hukum terakhir yang meninggalkan Manado, karena lebih dulu mengumpulkan informasi terkait peristiwa naas itu.

Perasaan Shin Tae-yong Usai Timnas Indonesia U-23 Singkirkan Korea Selatan

"Kepolisian darat dan kepolisian air di sana juga harus bertanggung jawab atas tragedi ini," tandas anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa ini.

Namun ia berpendapat, tanggung jawab Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara adalah di atas semua pihak. Otong bahkan menuduh pemerintah setempat telah melakukan kebohongan kepada rombongan Komisi III DPR.

"Mereka mengatakan kapal pemda tidak bisa dipakai karena sedang diperbaiki. Padahal ternyata bisa, hanya ABK-nya tidak memiliki izin. Kalau pakai kapal pemda, saya jamin unsur keamanan lebih terjamin," kata Otong.

Ia menyatakan, Komisi III memang memakai perahu seadanya yang tersedia di pelabuhan. Terbukti, perahu itu tidak kuat karena sudah pecah berkeping-keping pada hantaman gelombang pertama.

Total ada tiga gelombang yang menghantam kapal naas tersebut. Otong juga menceritakan, saat kapal berangkat dari pelabuhan, sama sekali tidak ada informasi dari kapten atau awak kapal mengenai pelampung atau standar penyelamatan. Oleh karena itu, Otong menyebut dirinya sangat beruntung karena berhasil selamat.

"Saya bisa selamat karena masih sempat mendengar teriakan kapten kapal, Alex. Saat kapal dihantam gelombang pertama, ia berteriak 'Pak, lompat Pak! Selamatkan diri masing-masing!' Maka saya langsung melompat ke arah darat," kisah Otong.

Ia melanjutkan, ketika itu ia berteriak-teriak dan berlari kesana-kemari minta pertolongan di darat demi melihat teman-temannya timbul-tenggelam di laut.

"Tapi di darat tidak ada siapa-siapa. Bahkan tempat penangkaran ikan terdekat tutup karena libur. Karena itu pertolongan datang dalam waktu yang cukup lama," tuturnya. Ia pun berkata, saat itu ia sudah tidak lagi melihat sosok almarhum Setia Permana. Yang ia lihat adalah sosok Nudirman Munir yang bersusah-payah memegang bongkahan pecahan kapal.

"Pak Nudirman selamat karena terus memegang potongan kayu itu," kata Otong. Ia pun mengatakan, kapal yang dinaiki Komisi III itu tidak pantas disebut kapal. "Itu bukan kapal, tapi perahu. Unsur tripleknya saja banyak. Sama sekali tidak layak," tandasnya.

Otong menegaskan, kepergian Komisi III ke Bunaken tidak terlepas dari rencana yang telah terjadwal. "Untuk ke sana, kami memakai anggaran sendiri, terpisah dari anggaran kunjungan kerja ke Manado. Istri dan keluarga yang ikut juga menggunakan anggaran pribadi," ujar dia.

Menurut Otong, kunjungan ke Bunaken dijadwalkan karena rombongan Komisi III masih memiliki sisa waktu sambil menunggu keberangkatan pesawat. "Ingin tahu Bunaken, masak tidak boleh?" tutup Otong. (hs)

Christian Bautista Bakal Tampil di Konser Westlife: The Hits Tour 2024
Petugas yang mengawal Anies dan Keluarga selama Pilpres 2024 berpamitan

Tim Pengawal Anies Pamitan usai Pilpres 2024 Berakhir

Tugas tim pengawal yang melekat pada Anies Baswedan selaku Capres 2024 nomor urut 01 telah selesai dan mereka telah berpamitan kepada Anies dan Keluarga.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024