Staf Khusus Presiden

Velix Wanggai, dari Papua untuk Indonesia

VIVAnews - Velix Vernando Wanggai, seorang putra Papua, menjadi staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Velix membantu Presiden memberi masukan di bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah.

Siapakah Velix? Sebelum menjadi staf khusus, Velix adalah Staf Perencana pada Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Velix yang dilahirkan di Jayapura, Papua, pada  16 Februari 1962 ini meraih sarjana strata 1 di bidang Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada.

"Meski jurusan saya hubungan internasional, tapi skripsi saya mengenai dampak ekonomi politik penanaman modal asing di Papua," kata Velix saat berbincang dengan VIVAnews, Minggu 22 November 2009.

Minat Velix pada pembangunan daerah ini berlanjut saat bekerja di Bappenas. Ayah empat anak ini lalu mengambil kuliah master ke Flinders Institute of Public Policy and Management, Flinders University, dengan tema tesis "The Politics of Formulating Regional Development Policy: The Case of Papua, Indonesia, 1998 - 2006".

"Pendidikan Doktor saya pun di Australian National University mengambil tema penelitian soal otonomi daerah khususnya Undang-undang 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diubah menjadi Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah," kata Velix. "Juga saya membahas otonomi yang bersifat asimetris terkait UU Otonomi Khusus Papua dan UU Pemerintahan Aceh."



Masa kecil Velix dihabiskan di Papua. Anak dari pasangan Sofyan Wanggai dan Ita Nurlita ini menghabiskan masa sekolah dasar sampai menengah di Jayapura. Saat bersekolah di    SMA Negeri 2 Jayapura, Velix sudah aktif berorganisasi di Gerakan Pemuda Ansor, sebuah organisasi pemuda yang berafiliasi ke Nahdlatul Ulama.

Lulus SMA pada 1991, Velix lalu berkuliah di UGM. Awal kuliah, Velix sudah didapuk teman-teman seangkatannya sebagai Ketua Angkatan 1991. Dua tahun kemudian, antara 1993-1994, Velix menjadi Ketua Umum Jamaah Mushala Fisipol UGM. Kemudian setelah itu, Velix menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fisipol UGM menggantikan Andi Arief, yang sekarang juga menjadi Staf Khusus Presiden.

Saat menjadi Ketua Senat antara 1994-1995 ini, Velix pernah memimpin sebuah demonstrasi yang membuat merah telinga Rektor UGM saat itu. Velix bersama teman-temannya yang tergabung dalam Komite Penegak Hak Politik Mahasiswa (Tegaklima) menuntut mahasiswa diberikan hak memilih dekan.

Velix juga menimbulkan kehebohan, yang mungkin berskala nasional, ketika pada tahun 1994 mendeklarasikan pendirian Dewan Mahasiswa UGM. Dewan Mahasiswa merupakan sebuah nama yang sudah dikubur Orde Baru dalam Normalisasi Kehidupan Kampus/ Badan Koordinasi Kampus atas nama ketertiban umum.

Namun untunglah radar Orde Baru tidak terlalu mengawasinya seperti yang dialami Andi Arief, seniornya, yang sampai dikejar-kejar aparat. Begitu lulus dari Fisipol pada 1996, suami dari Herwin Meiliantina ini menjadi staf proyek di Sekretariat Nasional Program Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal (P3DT), di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) (sejak tanggal 25 Maret 1996).

Meski berstatus staf di Bappenas, gairah berorganisasinya tak pernah hilang. Antara 1998-2000, Velix menjadi Sekretaris Jenderal Forum Ukhuwah Pemuda Irian Jaya. Saat berkuliah di Flinders University, Velix juga menjadi Presiden Persatuan Pelajar Indonesia se-Australia antara 2004-2006.



Pengetahuan akademis dan pengalaman organisasi Velix ini dilengkapi dengan pengalaman nyata berinteraksi dengan warga di daerah. Sejak awal bekerja di Bappenas, Velix telah terjun langsung ke Papua menjadi bagian dari Tim Penyusunan Kajian Kebijakan Pengembangan Wilayah Terpadu (PWT) Sorong, PWT Fak-fak, PWT Merauke, PWT Jayapura, dan PWT Jayawijaya (1996 – 1997) dan Anggota Tim Bappenas dalam perencanaan awal Program Pengembangan Wilayah Timika Terpadu (PWT2), termasuk dalam merencanakan kebijakan dana 1 persen dari PT. Freeport Indonesia kepada 7 (tujuh) suku di sekitar Timika (Juni 1996 - 1998).

Velix pernah dikirim Bappenas Studi Banding Pembangunan Perdesaan di Jepang dan Korea Selatan (1998). Kemudian pengalamannya itu bekal menjadi anggota Tim Penyusun Strategi Pengembangan Kawasan Unggulan Wilayah Teluk Cenderawasih, Provinsi Irian Jaya (1998) dan anggota Tim Penyusun Strategi Pengembangan Wilayah di Sepanjang Koridor Jalan Jayapura – Wamena, Provinsi Irian Jaya (1999).

Puncaknya, di tengah-tengah menyelesaikan pendidikan Ph.D di the ANU Canberra, Velix ikut serta aktif sebagai Anggota Tim Bappenas dalam menyusun rancangan Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (2006 – 2007). Sejak Januari 2009, Velix menjadi Ketua Badan Penasehat the Institute for Regional Institution and Network (The IRIAN Institute). Juli lalu, sebuah bukunya ’New Deal for Papua, Menata Kembali Papua dengan Hati’ pun terbit.
 
"Jadi itu yang mungkin menjadi pertimbangan Bapak Presiden memilih saya menjadi Staf Khusus Bidang Pembangunan Daerah," kata Velix. "Meski tidak spesifik masalah Papua," katanya. Dan sejak Jumat 20 November lalu, Velix sudah mulai berkantor di Bina Graha, sebagai staf Khusus Presiden.

5 Cara Ampuh Melepaskan Diri dari Kecanduan Alkohol
Mobil patroli polisi (FOTO ILUSTRASI)

Pelaku Jambret Tinggalkan Mobil Patroli Polisi yang Dia Bawa Kabur di Pinggir Jalan Lalu Kabur

Mobil patroli Polsek Setiabudi, yang berhasil dibawa kabur oleh pelaku jambret, yang beraksi di Jalan HR Rasuna Said, Karet, Kuningan, Jakarta Selatan, sudah diketemukan.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024