Lily Wahid Tanggapi 'Taushiyah' Gus Mus yang Mengharukan

Mustofa Bisri atau Gus Mus mengeluarkan fatwa pemilihan Rais Aam
Sumber :
  • ANTARA/Zabur Karuru

VIVA.co.id - Sejumlah tokoh Nahdlatul Ulama lega setelah tensi peserta di Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang, Jawa Timur mereda. Diantaranya Lily Chodidjah Wahid, tokoh NU ini mengaku senang situasi di Muktamar mulai kondusif.

Lily Wahid menyebut, redamnya kegaduhan di forum Muktmar NU karena pernyataan Rais Aam NU KH Mustofa Bisri, yang mampu menurunkan tensi peserta, yang sebelumnya tak terkendali.

Saat itu, dalam pembahasan tata tertib molor, Gus Mus sempat gerah. Kemudian, ia memberikan taushiyah di hadapan ribuan muktamirin. Dalam tausyiahnya, Gus Mus meminta muktamirin mengakhiri kegaduhan.

Dengan kalimatnya dan menitikkan air mata demi memohon kepada muktamirin, bahkan dia bersedia mencium kaki para ribuan muktamirin.

"Memang, pernyataan Gus Mus itu dapat mengharubirukan suasana muktamar. Dengan gaya budayawannya," ujar Lily Wahid.

Namun, Lily menilai masih ada yang kurang dari pernyataan Gus Mus. Kemudian Lily menambahkan, semua orang sudah melihat pergumulan antara dua kubu yang menginginkan Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) dengan voting.

"Itu bagus-bagus saja karena itu merupakan hasil munas ulama. Tetapi teman-teman yang pro Ahwa ini lupa bahwa hasil munas ulama jadi keputusan muktamar untuk bisa dilaksanakan," ucapnya.

Lanjut adik kandung KH Abdurrahman Wahid ini, sebenarnya secara teknis bisa dipahami kalau ada kubu yang menentang, tetapi di sisi lain juga ada sebab yang membuat kubu yang menentang juga bersikukuh.

"Karena, Pak Hasyim (Hasyim.Muzadi) yang mantan Ketua Umum PBNU, ok gak dilebokno (dimasukkan).‎ Itu yang menurut saya kurang bijak," ucap Lily.

Kedua, soal pernyataan Gus Mus yang mengundang haru biru banyak orang dengan pernyataannya itu, Lily melihatnya karena Gus Mus sebagai budayawan.

"Itu (pidato Gus Mus), tidak lebih karena dia sebagai budayawan tidak sebagai seorang kiai untuk menggugah hati orang banyak," ujarnya.

Lily memandang, kemarin NU betul-betul dipermalukan oleh para muktamirin yang lebih mementingkan emosi ketimbang ekspresi seorang muslim yang menempatkan NU sebagai kendaraan yang sudah disiapkan oleh para pendiri-pendirinya.

Kisah Santri Surabaya Melawan Penjajah lewat Lagu

"Tanpa mempertimbangkan bahwa itu betul-betul mempermalukan para pendiri. Saya menganggapnya seperti itu," uca pLily.

Ia terus berdoa agar Allah memberikan pencerahan kepada para muktamirin, dan agar mau melihat alternatif. "Saya melihatnya begini, kalau kemarin adegan satu kubunya Pak Hasyim, kemudian satunya lagi kubunya Gus Mus, gitu aja," kata Lily menilai.

Kemudian, dia ingin meingatkan kepada para muktamirin. Masih banyak kiai yang alim, lebih alim dari Gus Mus, dan Pak Hasyim.  "Tetapi, Kenapa beliau-beliau ini tidak disentuh sama sekali," tanya Lily.

Lily kemudian menyebut nama, ada Kiai Makruf Amin, ada kiai Toha Mansyur, Tolha Hasan, ada kiai Mistahul akhirin, Juga ada Mbah Mun, yang sepuh.

"Kalau urusan di agama yang sepuh itu harus di dahulukan," katanya.

Lily mengajak dan ingin bangkitkan semangat kepada muktamirin. Memahami kultur.

"Mari kita cari yang sepuh dan alim untuk kita jadikan sebagai Rais Aam lalu ada lagi Rais Aam dua yang akan memback up beliau yang ushur," katanya.

Kemudian, Lily menyebut nama Kiai Maimun Suber itu menjadi penegah dari semua persoalan.

"Misalnya, kemudian Mbah Mun kemudian diback up oleh Kiai Makruf Amin dan Kiai Toha Hasan," ujarnya.
 
Ini, lanjut Lily untuk mengembalikan marwah NU yang beberapa hari ini dipermalukan.

NU: Potensi Konflik Tanjungbalai Sudah Lama, Telat Dicegah

NU: Potensi Konflik Tanjungbalai Sudah Lama, Telat Dicegah

Kerusuhan itu sebagai akibat akumulasi kekecewaan.

img_title
VIVA.co.id
1 Agustus 2016